METROPOLITAN – Bukan mobil mewah pengantar menuju liang lahat. Kendaraan umat muslim di akhir hayat hanyalah besi bernama keranda mayat. Sebuah kendaraan beroda manusia yang disiapkan sejumlah masjid atau surau untuk mengantar jasad ke liang lahat.
USAI jenazah dimandikan, dikafani dan disolatkan, jenazah diangkat menggunakan keranda mayat untuk menuju peristirahatan terkahir. Hal ini bukan sekadar ritual, melainkan ada kisah dan nilai dalam penggunaan keranda mayat, yakni penghormatan terhadap jenazah. “Penggunaan keranda mayat sudah sejak zaman sahabat Rasullulah. Ini merupakan suatu penghormatan sesama muslim. Di mana dalam hadist dianjurkan untuk mengurus jenazah sesama umat muslim. Mulai dari mengafani, menyolati, mengantar hingga menguburkan jenazah,” ujar tokoh agama, Kecamatan Cisarua Muhamad Fajrulloh.
Lebih lanjut, Fajrulloh mengatakan bahwa menutupi mayat dikatakan kebanyakan para ahli ilmu rahimakumullah, dianjurkan menutupi keranda mayat perempuan. Di mana hal tersebut bersumber dari sebagian para sahabat radhiallahu anhum. “An-Nawawi rahimakumullah mengatakan, dianjurkan bagi mayat wanita dibuatkan keranda (peti). Keranda adalah tempat diletakkan wanita di atas ranjang dan ditutup baju untuk menutupi dari pandangan orang-orang.
Mereka berdalil dengan kisah jenazah Zainab Umul Mukminin radhiallahu anha, dikatakan, beliau adalah orang yang pertama kali dibawa dengan menggunakan keranda dari kalangan muslimah,”ujarnya.
Sementara itu di Kecamatan Cisarua, terdapat ratusan keranda mayat yang tersebar di setiap kampung untuk menghantar jenazah menuju area pemakaman. Data Kecamatan Cisarua mencatat, terda pat 449 keranda mayat tersebar di sepuluh desa. “Untuk keranda mayat ada di setiap masjid atau surau. Sekitar 449 kalau dilihat dari jumlah masjid dan surau,” tutur staf kasi pemeritahan Ridwan.
(ash/b/suf/dit)