Prihatin dengan nasib anak putus sekolah, beberapa mahasiswa membuat Komunitas Pengajar Anak Jalanan (Kopaja) Cibubur. Kemarin, para mahasiswa gabungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pakuan (Unpak), Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (Statis Lantaboer) dan School Economic Banking Islamic (SEBI) kembali melakukan survei ke beberapa titik area Cibubur, antara lain Perumahan Metland, Transyogi, Kecamatan Cileungsi, Legenda Wisata, Gunungputri dan area Jalan Raya Narogong, Klapanunggal.
Ketua Kopaja Fahmi Fauzan mengaku telah melakukan pendataan terhadap anak jalanan di wilayah timur, Kabupaten Bogor.
“Intinya wadah belajar untuk kami sebab dengan komunitas ini kami dituntut tanggungjawab untuk melakukan pengawalan pada anak jalanan hingga mendapat hak-haknya antara lain pendidikan,” kata mahasiswa semester akhir tersebut.
Dari sebuah obrolan kecil, pada akhirnya beberapa mahasiswa dari 4 kampus bersepakat untuk mengorbankan waktunya mengajar para anak jalanan. Karenanya, komunitas yang berdiri baru hitungan hari ini membuat program dan mengawali gerakannya dengaa pendataan.
“Kami masih proses pendataan dan nanti akan langsung diprogram,” imbuhnya.
Ia menerangkan, hasil pendataan awalnya di lapangan, lebih dari 21 anak jalanan (Anjal) yang terpaksa putus sekolah. 16 orang diantaranya menjadi pemulung dan lainnya pengamen jalanan. Umumnya para anjal berusia antara 5 sampai 12 tahun. Keseluruhan anak jalanan itu tinggal di area penampungan barang bekas di Kampung Karet, Desa Cileungsi Kidul, Kecamatan Cileungsi dan beberapa lainnya di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup. “Ada segelintir yang masih sekolah namun terbatas waktu belajarnya karena harus bekerja,” tuturnya.
Rencananya, aktifitas belajar mengajar akan dilakukan di beberapa titik, antara lain Balai Desa Tajur dan Desa Cileungsi Kidul. “ Tempatnya kami pilih yang paling terjangkau oleh mereka. Untuk Balai Desa Cileungsi Kidul sudah diperkenankan, Sedangkan Desa Tajur sedang proses konfirmasi,” bebernya.
(edi/b/yok/mg3)