METROPOLITAN – Kabar duka menyelimuti Ibu Pertiwi. Ini menyusul kepergian Sutopo Purwi Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Semasa hidupnya, Sutopo menjadi ujung tombak pemberi informasi terkait bencana kepada masyarakat maupun media.
Namun, penyakit kanker paru-paru yang bersarang di tubuhnya perlahan menggerogotinya. Sampai ia mengembuskan napas terakhirnya.
Keluarga mendiang Sutopo Purwo Nugroho sudah mendapatkan firasat kepergian Sutopo sejak seminggu lalu. Permintaan itu disampaikan Sutopo semasa menjalani pengobatan di Guangzhou Modern Hospital, Guangzhou, China.
”Firasatnya sejak satu minggu lalu Pak Sutopo minta pulang terus. Dia merasa sudah sehat, tetapi ternyata kondisinya drop,” kata adik ipar Sutopo, Ahmad Jatmiko, di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Minggu.
Sutopo berobat kanker paru ke Guangzhou, China, sejak pertengahan bulan lalu. Dari awal proses pengobatan, ayah dua anak itu ditemani sang istri, Retno Utami Yulianingsih.
Ahmad mengatakan, kakak iparnya tersebut didiagnosis sakit kanker paru sejak sekitar 1,5 tahun lalu. ”Padahal kakak kami ini juga tidak merokok, kok bisa kena kanker paru. Untuk pengobatannya di Indonesia dan negara lain sudah angkat tangan. Kemudian ada masukan dari pihak tertentu agar dibawa ke China,” ujarnya.
Ia menuturkan, Sutopo terakhir pulang ke Boyolali pada tiga bulan lalu bersamaan dengan perjalanan dinas ke Solo. ”Karena sedang ada tugas ke Solo, jadi mampir pulang sekalian. Saat pulang, beliau tidak mengeluh tentang penyakitnya. Memang beliau tidak pernah mengeluh,” tuturnya.
Ia menjelaskan, Sutopo lebih senang menggunakan waktu untuk bekerja agar menghilangkan rasa sakit yang dideritanya. ”Katanya lebih senang dipakai untuk bekerja, karena kalau di rumah malah terasa sakitnya,” ungkapnya.
Setelah melewati berbagai proses pengobatan, Sutopo meninggal dunia pada pukul 02:00 waktu Guangzhou, China. Sutopo sendiri dikenal sebagai salah satu pejuang kemanusiaan di Indonesia.
Ayah almarhum, Suharsono, pun tak kuasa menahan tangis. Sedari kecil, sosok almarhum memang dikenal ulet dan memiliki semangat tinggi dan bekerja keras untuk mengejar apa yang ingin diraih. ”Sejak kecil dia (Sutopo, red) tekun belajar dan semangat kerjanya besar. Pekerja keras dan nggak pernah mengeluh,” ujar Suharsono di rumah duka di Perumahan Raflles Hills, Kota Depok, kemarin.
Ia menambahkan, tidak ada pesan khusus almarhum Sutopo sebelum meninggal dunia. ”Tidak ada pesan khusus, tapi meminta agar didoakan agar secepatnya sembuh. Tidak ada pesan-pesan yang terakhir, artinya memang tidak ada karena keyakinan dia sembuh kok, dia optimis,” tutur Suharsono.
Dalam ingatan Suharsono, anaknya lebih dekat dengan ibundanya. Saking dekatnya, Sutopo suka masakan ibunya yakni sambal tumpang, etok dan makanan khas Boyolali.
”Saya sempat suruh istri saya merawat Sutopo di rumahnya di sini. Memang sejak kecil dia dengan ibunya dekat dan masakan ibunya itu, dia cocok,” kenangnya. (de/feb/run)