METROPOLITAN – Sekolah di wilayah Jabodetabek menghentikan aktivitasnya. Mulai dari Jakarta, Depok, sampai ke Bogor, para siswa selama 2 pekan belajar di rumah.
Langkah ini dilakukan guna mencegah meluasnya penyebaran virus corona. Anak-anak rentan terpapar virus. Apalagi Jakarta dan sekitarnya lokasi yang diketahu terbanyak pasien positif corona.
Tapi sayangnya, aturan belajar di rumah tak berlaku kepada guru sekolah. Mereka mesti tetap ngantor alias masuk ke sekolah. Para pengajar ini masuk sekolah dengan sejumlah alasan, mulai dari membersihkan sekolah sampai mempersiapkan ujian.
Lalu bagaimana dengan kesehatan mereka? Apa tidak takut tertular juga? Kalau mereka sakit apa tidak menularkan ke anak istrinya, juga muridnya? Sejumlah pertanyaan mengemuka, dan kumparan menanyakan hal ini ke sejumlah guru.
”Kami ikut aturan saja, karena memang diminta masuk,” jelas Darusman salah seorang guru SMA di Bogor saat berbincang, Senin (16/3).
Darusman mengaku sebenarnya risau kala mesti pergi ke sekolah. Apalagi ada anak istri di rumah. Tapi karena taat aturan dia mesti tetap ke sekolah.
”Di sekolah bersih-bersih dan nyiapin buat ujian,” kata dia lagi. Hal senada juga disampaikan Bayu, guru di SMA di kawasan Depok. Sebagai pengajar yang memiliki anak di rumah, dia juga memikirkan kondisi kesehatannya bila tetap pergi sekolah.
Bayu memang mau tak mau mesti datang ke sekolah karena aturan yang mengharuskannya. ”Di sekolah bersih-bersih sama guru yang lain, terus bikin bahan persiapan ujian,” bebernya.Sebenarnya para guru ini juga berharap ada kebijakan yang adil ke mereka soal belajar di rumah. Karena di antara banyak guru, tak sedikit yang naik angkutan umum, dan rentan tertular virus. (kmp/feb)