METROPOLITAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berencana menyulap dua Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang ada di wilayahnya menjadi ruang isolasi pasien corona. Ini dilakukan menyusul prediksi puncak pandemi Covid-19 di Kota Bogor bakal terjadi pada Desember hingga awal Januari tahun depan.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, segala kemungkinan itu harus diantisipasi. Untuk itu, Pemkot Bogor akan mempersiapkan berbagai protokol penunjang, di mana salah satunya adalah menyediakan ruang isolasi eksternal di Rusunawa yang ada di Kota Bogor.
”Jadi kami tidak tinggal diam. Kami mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi situasi terburuk (worst condition) nanti,” kata Dedie seraya menuturkan bahwa dari dua unit Rusunawa yang merupakan aset milik Pemkot Bogor setidaknya mampu menampung kurang lebih 50 pasien positif corona.
Tak hanya menyiapkan ruang isolasi eksternal di dua Rusunawa. Dedie juga meyakini pihaknya tengah berupaya meminta Badan Narkotika Nasional (BNN) memberi izin Pemkot Bogor menggunakan tempat rehabilitasi milik BNN yang berada di Lido, Kabupaten Bogor, untuk dijadikan tempat isolasi pasien positif corona.
”Kami sedang berkoordinasi dengan pihak BNN untuk kemungkinan kita bisa memakai aset mereka di Lido, itu rencananya,” ungkap Dedie saat ditemui di Rusunawa Cibuluh, kemarin.
Kesiapan lokasi isolasi eksternal itu, sambung Dedie, merupakan kesiapan yang harus dimiliki Pemkot Bogor untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Kota Bogor. Meski salah satu senjata ampuh untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Kota Bogor selama masa pra-AKB ini adalah dengan menjalankan protokol kesehatan.
”Kesiapan lokasi isolasi juga harus dipikirkan. Sambil dilonggarkannya PSBB ini, bukan berarti longgar juga protokol kesehariannya. Tapi malah harus ditingkatkan. Yaitu dengan tetap memakai masker, mencuci tangan dan jaga jarak,” ujarnya.
Menanggapai hal itu, Kepala UPT Rusunawa Kota Bogor Ilham Gunawan menjelaskan untuk ruang isolasi yang disediakan di Rusunawa Menteng Asri ada 20 kamar. Sedangkan untuk di Rusun Cibuluh sebelas ruangan, di mana satu ruangan di lantai satu dan sepuluh ruangan di lantai empat, yang terdiri dari dua kasur di setiap ruangannya.
”Ruang isolasi yang bergabung dengan hunian penduduk ini tidak menjadi masalah. Sebab kami sudah melakukan penyekatan dengan menggunakan tralia sebagai pembatas antara zona isolasi dengan zona penghuni,” katanya.
Ilham melanjutkan, berbagai kebutuhan guna menunjang keberadaan ruang isolasi ini pun sudah cukup memadai, dengan disediakannya ruangan untuk tenaga medis dan melakukan pemisahan kamar mandi untuk pasien positif dan tenaga medis. ”Untuk penyemprotan disinfektan juga kami rutin lakukan guna memberikan rasa aman dan nyaman bagi para penghuni lainnya,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, sejauh ini di Kota Bogor terdapat delapan rumah sakit rujukan untuk penanganan Covid-19 di Kota Bogor. Penetapan delapan rumah sakit rujukan ini merupakan kewenangan penuh dari Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil. Kedelapan rumah sakit rujukan itu yakni RSUD Kota Bogor, RS PMI, Bogor Senior Hospital, RS Melania, RS BMC, RS Azra, RS Hermina dan RS Medika Dramaga.
Untuk ketersediaan ruang isolasi di RSUD Kota Bogor sendiri sejauh ini ada 112 kasur yang disediakan di gedung Blok III, yang notabenenya gedung anyar milik RSUD Kota Bogor.
Untuk kesiapannya sendiri, Dirut RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir menjelaskan ada 400 tenaga kesehatan yang sudah terlatih dan siap memberikan pelayanan dan pengobatan secata profesional terhadap seluruh pasien yang menjalani masa isolasi di RSUD Kota Bogor.
”Jadi sebenarnya kita memang diperintahkan oleh daerah Kota Bogor, pertama mempersiapkan the war situation (situasi terburuk, red). Jadi mau tidak mau kesiapan dari personel, SDM, peralatan, kemudian sarana dan prasarana itu harus yang nomor satu. Itu yang harus kita perhatikan,” tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menyebut puncak pandemi Covid-19 di Kota Bogor bakal terjadi pada Desember hingga awal Januari tahun depan. “Kota Bogor bakal mencapai puncaknya pada Desember hingga Januari. Tapi kembali lagi, semua itu berdasarkan kesadaran masyarakat. Kalau masyarakat tidak patuh dan pemerintah tidak ketat dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19, ini tidak akan selesai,” kata pria yang juga masuk struktural GTPP Covid-19 Kota Bogor itu. (dil/c/rez/run)