Kasus Covid-19 di Kota Bogor terus melonjak pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga menembus angka 7.041 kasus. Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor di bawah komando Wali Kota Bogor Bima Arya pun putar otak dengan mengeluarkan berbagai aturan dan kebijakan.
SELAIN menerapkan aturan pembatasan berbagai kegiatan hingga pengadaan Rumah Sakit (RS) Lapangan, Bima Arya rupanya tengah menyiapkan rencana perombakan susunan pejabat di lingkungan Pemkot Bogor awal 2021 ini.
Hal tersebut ditengarai untuk menekan angka Covid-19 lebih efektif, dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) mau ’bekerja’. ”Ada. (Komposisinya, red) Sedang disusun,” kata Bima Arya kepada Metropolitan, Kamis (21/1) sore.
Bima Arya menambahkan, perombakan susunan PNS di lingkungan Pemkot Bogor itu tak hanya para pejabat eselon III ke bawah atau kewilayahan, tapi tak menutup kemungkinan ada rotasi untuk kursi kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). ”Termasuk kepala SKPD (akan kena rombak, red),” ujarnya.
Bima Arya menegaskan, menghadapi Covid-19 ini layaknya perang, sehingga butuh kerja keras dan sinergi banyak pihak. Perang menghadapi Covid-19 tak sekadar persoalan kesehatan, tapi juga keamanan dan ketertiban. Sehingga jangan lagi ada sebutan ‘ini tugas siapa’, ’itu tugas siapa’.
“Sudah lah, yang penting kita turun sama-sama. Makanya pelayan publik (PNS, red) harus kerja keras, kalau nggak ada aksi apa-apa, ya bisa dipindah. Apalagi yang cuma ’rebahan’,” tuntasnya.
”Saya sering sampaikan kepada lurah di lingkungan Pemerintah Kota Bogor ini kabinet Covid-19. Saya akan lakukan rotasi, akan menyingkirkan orang-orang yang tidak siap perang, yang maunya rebahan,”sambungnya.
”Kalau tidak siap bertarung ya silakan minggir ke wilayah yang lebih nyaman. Ini perang, kita akan tempatkan fighter, petarung di garis depan karena ini masih panjang,” ujar Bima Arya.
Sebelumnya, penyebaran Covid-19 rupanya semakin masif. Rabu (20/1), Kota Bogor mencatatkan rekor baru, di mana penambahan kasus positif Covid-19 lebih dari 100 orang dalam sehari.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, mengungkapkan, berdasarkan data Satgas Covid-19, per 19 Januari ada 120 orang yang dinyatakan positif Covid-19. Sedangkan yang dinyatakan sembuh atau selesai isolasi ada 69 orang. Sehingga saat ini total kasus terkonfirmasi positif ada 6.936 kasus di Kota Bogor.
Dengan rincian, 1.275 dinyatakan masih sakit, 5.515 dinyatakan sudah sembuh dan 146 dinyatakan meninggal dunia. Penambahan kasus positif Covid-19 di Kota Bogor cukup mengejutkan. Padahal, saat ini Kota Bogor tengah melakukan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 11 Januari hingga 25 Januari.
Jika dilihat dari data Satgas Covid-19, sejak 11 Januari hingga hari ini, penambahan kasus positif Covid-19 di Kota Bogor bertambah 720 kasus. Padahal, Satgas Covid-19 Kota Bogor sudah membuat tim pemburu pelanggar PPKM untuk menekan angka penularan. Namun kenyataannya masyarakat mulai abai akan protokol kesehatan.
Ia juga meminta seluruh masyarakat Kota Bogor tetap menetapkan prokes dan menjaga kesehatannya. “Oleh karena itu, masyarakat harus terus memperhatikan ketentuan dalam PPKM dan ikut menegakkan disiplin,” paparnya.
Selain itu, Retno mengungkapkan, dalam seminggu pihaknya melakukan swab terhadap seribu orang yang didapat dari hasil tracing penyebaran virus. ”Jadi, sejauh ini kita sudah melakukan swab terhadap 29 ribu warga Kota Bogor,” kata Retno.
Namun jika menelisik data di New All Record (NAR) yang merupakan data milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), warga Kota Bogor yang sudah melakukan swab test ada 65 ribu orang.
”Jadi di NAR itu total ada 65 ribu warga Kota Bogor yang sudah di swab. Jadi positive ratenya 10 persen,” kata Retno.
Data tersebut, sambung Retno didapatkan dari lab-lab yang ada di Indonesia dan mendata warga Kota Bogor. Sehingga banyak warga Kota Bogor yang melakukan swab mandiri, namun tidak melaporkan hasilnya ke Dinkes Kota Bogor.
”Kalau melihat dari Kota Bogor semua, data di pusat warga Kota Bogor sudah 64 ribu. Jadi, itu dari lab-lab mandiri, data dari KTP dan pasti warga Kota Bogor. Ternyata Itu tidak semua terlapor ke saya, jadi saya intip data di NAR,” ungkapnya. (dil/a/ryn/mam/py)