METROPOLITAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bekerja sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bogor menggelar sosialisasi panduan protokol kesehatan kegiatan keagamaan di tempat ibadah kepada organisasi keagamaan secara daring, baru-baru ini. Sosialisasi ini disampaikan langsung Wali Kota Bogor Bima Arya.
”Covid-19 di Kota Bogor saat ini tengah melonjak tinggi, angka terus mencatatkan rekor, jumlah kasus positifnya mencapai 130 kasus dan terus merayap naik. Kondisinya sangat tidak mudah, rumah sakit penuh, ICU penuh, tingkat ketersediaan rumah sakit 82 persen,” kata Bima Arya.
Untuk itu, jelas Bima, Pemkot Bogor melakukan langkah-langkah antisipasi dengan menyiapkan rumah sakit darurat atau rumah sakit lapangan yang akan diresmikan, Senin (18/1) depan dan mempercepat penyediaan fasilitas isolasi untuk Orang Tanpa Gejala (OTG). ”Hari ini juga dimulai kick off pemberian vaksin untuk 9.150 tenaga kesehatan,” sebutnya.
Bima Arya menuturkan, memasuki empat hari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa- Bali, Satgas Covid-19 Kota Bogor memperketat kerumunan dan aktivitas warga. Mulai dari jam operasional mal dibatasi hingga pukul 19:00 WIB, rumah makan tidak boleh melebihi kapasitas 25 persen dan jika kedapatan penuh akan ditutup saat itu juga. ”Beberapa ruas jalan pun ditutup untuk mengurangi kerumunan. Karena kalau terpapar, ada gejala tidak mendapatkan akses ke rumah sakit ujungnya bisa fatal,” ucap Bima Arya.
Ia pun menegaskan atas nama Satgas Covid-19 memohon kerja sama kepada seluruh pemuka agama untuk menyosialisasikan langkah-langkah ini. Utamanya panduan keagamaan di tempat ibadah di masa pandemi yang sudah disusun merujuk surat edaran Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Yakni pembatas pelaksanaan ibadah Jumat maksimal 50 persen.
”Secara teknis mengurangi kapasitas dan memberikan motivasi sembari menguatkan iman dan imun kita. Bogor situasinya betul-betul berbeda, lingkaran Covid-19 semakin dekat kepada kita. Ada pula laporan kasus reinfeksi. Artinya orang-orang yang positif, sembuh lalu positif lagi. Jadi tidak ada jaminan pernah positif jadi kebal,” pungkasnya. (*/rez/run)