METROPOLITAN – Di balik terungkapnya seorang siswa SMA Leuwiliang yang terpapar virus corona dan sempat mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM), tidak menyurutkan Kota Bogor membuka kegiatan belajar di kelas. Rencananya, Kota Hujan akan melakukan uji coba PTM pada Mei mendatang.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor Hanafi mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan survei ke lapangan terkait PTM yang rencananya akan diujicobakan pada Mei 2021.
”Selain persiapan protokol kesehatan, izin orang tua juga diperlukan sebelum melaksanakan PTM nanti. Setelah melakukan survei dan persiapan teknis, Disdik Kota Bogor akan melakukan konsolidasi ke tingkat yang lebih tinggi,” kata Hanafi.
Salah satunya berkoordinasi dengan Dewan Pendidikan (Wandik), Dinas Kesehatan (Dinkes), Satgas Covid-19, Satpol PP, PGRI, termasuk Kantor Cabang Dinas (KCD) Jawa Barat yang membawahi SMA dan SMK.
Hanafi mengaku rencananya uji coba PTM di Kota Bogor akan dilaksanakan pada Mei nanti. Hanya saja tanggal dan skema dari uji coba PTM tersebut belum ditentukan. “Gambaran saya uji coba PTM sekitar Bulan Mei nanti, tapi tanggalnya belum ditentukan. Kita akan fokus dulu persiapan secara teknis, setelah itu baru kita koordinasikan dengan pihak-pihak terkait,” terangnya.
Selain persiapan dari pihak sekolah, Pemkot Bogor juga tengah fokus melakukan vaksinasi terhadap guru-guru di Kota Bogor. Hanafi memaparkan, dari target sasaran 7.551 tenaga pendidik dan 5.000 komponen sekolah yang harus divaksin, masih ada sekitar 1.700 orang yang belum divaksin.
Ia menargetkan vaksinasi untuk guru di Kota Bogor dapat selesai pada Jumat (9/4). Mengingat saat ini program vaksinasi untuk guru sedang digenjot Pemkot Bogor sejak awal April. ”Semoga saja semuanya bisa lancar sesuai harapan kita semua,” harapnya.
Menanggapi hal itu, Ketua Wandik Kota Bogor Deddy Djumiawan Karyadi mewanti-wanti Pemkot Bogor agar tidak sembarangan menggelar uji coba PTM pada Mei mendatang. Sebaiknya, sebelum Satgas Covid-19 Kota Bogor memberikan izin untuk pelaksanaan PTM bagi sekolah yang sudah siap, harus ada model pembelajarannya yang mutlak, seperti merumuskan pembagian sif setiap siswa yang masuk pada pembelajaran di jam yang sama. ”Jangan sampai terjadi klaster atau penyebaran Covid-19 saat melakukan pembelajaran. Jadi semuanya harus disiapkan secara matang,” katanya.
Bukan hanya terancam terjadinya penyebaran saat diberlakukannya PTM, potensi penyebaran di angkutan umum juga harus diwaspadai. Sebab, menurut Deddy, tidak semua siswa bisa diantar dan dijemput orang tuanya saat PTM kembali digelar. ”Ini kan untuk meminimalisasi potensi anak-anak bertemu orang lain. Harus diperhatikan ini,” tegasnya.
Untuk diketahui, sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri yang membahas PTM, jumlah siswa yang boleh melaksanakan kegiatan belajar di sekolah hanya sebanyak 30 persen. Selain itu, ekstrakurikuler dan kantin tidak diperkenankan beroperasi. (bs/dil/c/rez/run)