METROPOLITAN – Pembangunan Tempat Pemrosesan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Nambo di Kabupaten Bogor diprediksi bakal rampung dan beroperasi tahun ini. Namun, kehadiran TPPAS Nambo yang berdiri di atas lahan 55 hektare ini masih membuat Pemkab Bogor mengerutkan dahi. Sebab, Kabupaten Bogor hanya kejatahan membuang sampah ke lokasi tersebut 700 ton per hari.
”Dalam MoU dengan Provinsi Jabar Kabupaten Bogor mendapatkan jatah sekitar 700 ton per hari. Kita sedang upayakan minta 2.000 ton per hari dan kita sudah kirim surat ke gubernur untuk penambahan kuota,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, Asnan, kepada Metropolitan, Selasa (6/4).
Permohonan Pemkab Bogor ini bukan tanpa alasan. Sebab, Pemkab Bogor ikut andil dalam pengadaan lahan seluas 15 hektare itu. Sehingga dengan jumlah timbulan sampah di Kabupaten Bogor yang mencapai 2.800 ton per hari, kehadiran TPPAS Nambo bisa meringankan beban timbulan sampah. Sebab, sampah yang dibuang ke TPPAS Galuga hanya 700 ton per hari.
”Untuk timbulan sampah di Kabupaten Bogor sekitar kurang lebih 2.800 ton per hari dan yang terlayani DLH sekitar 700 ton per hari ke TPPAS Galuga. Artinya masih ada yang belum terlayani dan diharapkan Nambo bisa menutup itu,” paparnya.
Terpisah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, Ferry Roveo Checanova, menilai bahwa kehadiran TPPAS Nambo tidak bisa menjadi patokan untuk penanggulangan sampah di Bumi Tegar Beriman. Sebab, dengan mengubah hutan non-produktif milik Perhutani nantinya akan bernasib sama dengan TPS Galuga yang mulai overload saat ini.
Walaupun akan memiliki Refuse Derived Fuel (RDF) yang mendaur ulang sampah menjadi bahan bakar bagi pabrik semen di kawasan Kabupaten Bogor, hal tersebut tidak akan bisa menutupi sampah yang setiap hari masuk ke TPPAS Nambo. Menurut perhitungannya, sampah yang masuk setiap hari nantinya bisa mencapai 2.500 ton, sedangkan pengolahannya hanya bisa 1.000 ton agar menjaga kestabilan mesin. ”Itu kan nanti pasti akan numpuk-numpuk juga sampah di situ. Jangan sampai kejadian seperti di Bandung lah,” ujarnya.
Ia menyarankan Pemerintah Kabupaten Bogor mulai fokus pada pembentukan bank sampah yang dibangun di setiap desa. Sebab, penanggulangan sampah dari sektor terkecil merupakan salah satu cara paling ampuh, mengingat sampah rumah tangga merupakan salah satu sampah yang paling banyak diproduksi selama ini oleh masyarakat Kabupaten Bogor.
Dengan cara memilah sampah dan mendaur ulang dari tingkat terendah, secara langsung akan memengaruhi jumlah sampah yang akan dibuang ke TPPAS. ”Semakin sedikit sampah yang dibuang, maka akan semakin dikit pula sampah yang masuk. Pola pikir seperti ini yang harus ditanamkan kepada masyarakat,” tukasnya.(dil/c/mam/py)