METROPOLITAN – Mi glosor menjadi salah satu menu khas di Kota Bogor saat bulan puasa. Tetapi walau bukan bulan Ramadan, produksi mi ini tetap berjalan dan punya pasar tersendiri.
Mi glosor terbuat dari tepung aci. Teksturnya lebih kenyal dan licin dari mi pada umumnya. Di Jalan Pancasan Baru, RT 04/12, Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Barat, ada rumah produksi mi glosor yang sudah puluhan tahun berdiri.
Adalah Eman Sulamean. Produsen mi glosor yang meneruskan usaha orang tuanya. Sudah 23 tahun Eman meneruskan usaha milik ayahnya.
Jungkir balik dunia bisnis sudah pernah dilaluinya. Bahkan, usahanya pernah surut saat isu bakso tikus mencuat. Ia pun harus terkena imbas isu tersebut. ”Waktu itu produksi anjlok sampai 80 persen,” akunya.
Padahal, biasanya Eman memproduksi sekitar 2,7 ton mi glosor setiap harinya. Jumlah itu tentu berbeda saat bulan puasa yang bisa naik berkali lipat.
“Alhamdulillah kami selalu berusaha memproduksi mi sesuai standar yang ada, mulai dari sertifikasi kehalalan, perizinan, hingga kebersihan,” paparnya.
Usaha mi glosor ini bisa dibilang sangat menjanjikan. Selain pesaingnya sedikit, usaha ini juga cepat mengembalikan modal.
Namun, tentu saja Eman harus pintar-pintar mengatur strategi dan tegas kepada para pedagang yang memasarkan produknya agar mereka melaksanakan kewajiban jual-beli yang seharusnya.
“Perputaran keuangan di pasar itu lebih cepat. Misalnya hari ini kita produksi, nanti sore kita ke pasar memasok produk, dan besok siang sekitar jam satu itu uang sudah kita dapat,” jelasnya.
Eman berharap usahanya ke depannya dapat berkembang lebih besar dan mi glosor dapat dikenal ke seluruh wilayah Jawa Barat, bukan Bogor saja.
“Jangan mudah capek, teliti, tidak mengenal rugi, dan kencangkan inovasi. Ketika membuat sebuah produk itu lebih gampang. Tapi kita harus memikirkan produk tersebut apakah akan ada yang beli atau dibutuhkan,” pungkasnya. (mg1/feb/run)