METROPOLITAN – Terus bergerak dan berinovasi merupakan hal yang sangat diperlukan untuk membuat ekonomi kreatif kian berkembang. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menggarap data ekonomi kreatif dan pariwisata sejak awal 2019, tercatat kontribusi subsektor ekonomi kreatif pada PDB nasional mencapai Rp1.211 triliun. Tetapi ini didominasi usaha kuliner, fesyen, dan kriya. Jumlahnya mencapai sekitar 8,2 juta usaha kreatif.
Namun, ada subsektor yang share-nya ke PDB kecil, tetapi pertumbuhannya besar dan banyak diminati milenial. Seperti gim, dan seni pertunjukan, termasuk musik, film, video dan fotografi.
Sehingga saat ini, jika Anda melihat siaran online atau membeli berita dari laman online, berlangganan layanan streaming hiburan atau pergi ke bioskop, membeli makanan, pakaian atau furnitur secara online, membaca buku atau mendengarkan musik streaming dalam perjalanan ke kantor, semuanya mengonsumsi produk layanan kreatif.
Melihat hal tersebut, Founder sekaligus CEO Fantastis Anak Bangsa (FAB), Fritz B Tobing, mengajak kaum muda untuk menumbuhkan aspirasi mereka, termasuk merealisasikan mimpi lewat platform bisnis kreatif. Salah satunya lewat Y program yang hadir sebagai solusi untuk membantu menjawab masalah tersebut. Y atau Young Creative Entrepreneur Program merupakan solusi yang tersedia dalam platform FAB untuk Gen-Z dan millennial, yang ingin menjadi young creativepreneur.
“Dengan FAB platform bisnis kreatif, para pengusaha kreatif anak bangsa yang terkoneksi di dalamnya bisa memperoleh dukungan teknologi, pendampingan, pendanaan, sumberdaya, hingga jaringan bisnis. Dengan demikian, akan semakin cepat terbentuk ekosistem bisnis kreatif yang besar dan solid. Tentunya dengan terbentuknya ekosistem yang seperti itu, otomatis dapat mendorong roda perekonomian bangsa,” papar Fritz, pada sesi talkshow ‘IdeaFest’ bertajuk ‘The Young is Not The Future’, yang digelar hari ini (27/11) secara virtual.
Terlebih, merujuk data terbaru BPS, saat ini, Indonesia masih berada dalam era bonus demografi. Yakni dengan jumlah usia produktif yang didominasi Gen Z 27,94% (kelahiran 1997–2012) dan Millennial 25,87% (kelahiran 1981– 1996). Ditegaskan Fritz, anak muda bukan lagi sebagai kunci dan penentu masa depan. “Peran mereka itu bukan nanti, tapi sekarang, terutama dalam mendukung kemajuan ekonomi bangsa. Anak muda itu kunci masa kini,” ucapnya.
Apalagi, ungkap Fritz, generasi muda sekarang penuh dengan kemudahan dalam memilih. Termasuk, banyak pilihan edukasi dan profesi. “Mereka diuntungkan dengan banyaknya pilihan dan kesempatan. Tapi pada saat yang bersamaan, mereka diberikan tanggung jawab besar bahwa mereka tidak hanya berperan untuk nanti, tapi saat ini. Karena itu, anak muda perlu didorong ke arah yang benar. Anak muda juga harus punya inistiatif yang tinggi untuk mulai menjadi entrepreneur,” paparnya. (jp/feb/run)