Kamis pagi, cuaca cerah. Matahari sudah menunjukkan sinarnya. Hiruk pikuk warga terlihat betul di Stasiun Bogor. Langkah kaki seolah berpacu dengan waktu. “Kerja… kerja… kerja..!” begitu kata kondektur Biskita yang sudah bersiap mengangkut penumpang.
AGUS Mulyanto, namanya. Ia dipercaya menjadi sopir Biskita yang baru 2 November lalu mengaspal di Kota Bogor. Agus tak sendirian. Masih ada puluhan rekannya yang juga direkrut jadi sopir Biskita.
Pagi itu, halte di Stasiun Bogor memang tampak penuh. Sejak bus yang digadang-gadang bakal menggantikan angkot itu dibuka gratis, banyak warga yang penasaran.
Rita, salah satunya. Warga Kedunghalang itu sengaja datang pagi agar bisa merasakan naik bus baru kepunyaan Kota Bogor, Biskita.
”Sambil jalan-jalan ajak anak-anak, Mas. Kan katanya gratis. Pengin tahu di dalam seperti apa,” kata Rita yang ditemui dalam bus.
Ia tak mengira bahwa Biskita bakal ramai diserbu penumpang. Malahan, bus anyar seri Nucleus 5 dengan fasilitas istimewanya bikin penumpang jadi betah berlama-lama dalam bus.
“Ternyata ramai ya. Tiap berhenti langsung penuh. Ini anak-anak pada pengin jalan-jalan sampai nggak jadi turun. Masih pengin mutar,” jawab Rita, polos.
Ya, bus yang baru saja diluncurkan Wali Kota Bogor Bima Arya pada Selasa (2/11) lalu itu kini jadi primadona baru warga. Bukan cuma segudang fasilitas dan sentuhan modernnya saja, tetapi juga karena penumpang tidak dipungut ongkos alias gratis hingga akhir tahun.
Sejak diluncurkan, bus buatan karoseri Laksana Semarang baru mengaspal sepuluh armada. Itu pun hanya di koridor 5, yakni Stasiun Bogor- Ciparigi.
Metropolitan pun menyempatkan menikmati sensasi naik bus modern itu dari Stasiun Bogor menuju Ciparigi, Bogor Utara.
Benar saja, hasilnya sampai siang Biskita selalu penuh sesak. Perlu menunggu lebih dari 30 menit dan melewatkan keberangkatan tiga bus, baru bisa naik satu armada bernomor TP005 dengan nomor polisi F 7606 AC.
Namun, saat menaiki bus, penumpang belum diwajibkan tapping atau barcode melalui aplikasi BISKITA.
”Kita sosialisasikan untuk mulai tapping e-money atau barcode aplikasi. Tapi belum wajib lah. Semua bisa naik selama uji coba ini. Kita ingatkan untuk tapping bagi yang punya e-money, meskipun saldo kosong. Sembari jadi acuan hitungan penumpang, plus cara manual,” ujar petugas BPTJ di Stasiun Bogor.
Sepanjang perjalanan, bus didominasi ibu-ibu dan anak-anak dalam keadaan penuh sesak. Layaknya bus wisata, ibu-ibu dan anak-anaknya pun riuh sembari swafoto dalam bus dan saling mengobrol.
Perjalanan dimulai pukul 13:18 WIB dan berakhir di terminal akhir, Terminal Ciparigi, pada pukul 14:03 WIB.
Kehadiran Biskita rupanya diapresiasi penumpang lanjut usia (lansia). Ada beberapa lansia yang dengan tertib naik bus dan duduk di kursi prioritas. Di antara belasan kursi berwarna biru, ada dua kursi merah. Itulah kursi yang sengaja diperuntukkan lansia, ibu hamil, anak-anak, dan disabilitas.
Salah seorang penumpang Biskita lansia, Pauline Widyawati (66), mengaku senang dengan kehadiran Biskita Trans Pakuan. Sebab, memberikan pelayanan transportasi yang aman, nyaman, dan bersih. Meski begitu, sebagai lansia, ia menginginkan aspek aman pada satu hal.
”Buat kami, tentu ini sudah baik. Karena tidak khawatir kalau naik angkutan umum. Apalagi kalau bisa memudahkan untuk akses ke rumah sakit,” harapnya.
Sepanjang perjalanan, cenderung tidak ada hambatan. Namun, tidak semua pemberhentian punya halte atau shelter, dan hanya berupa rambu pemberhentian bus.
Tidak adanya jalur khusus juga membuat jalannya bus berbarengan dengan angkot dan kendaraan lain. Termasuk saat terjebak macet di sekitaran Jalan Sholeh Iskandar hingga Tugu Narkoba, Kecamatan Bogor Utara.
Sesampainya di Terminal Ciparigi, tampak penumpang sudah menunggu giliran untuk naik bus arah Stasiun Bogor. Lagi-lagi didominasi ibu-ibu dan anak-anak.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Direktur PDJT Kota Bogor Eko Wibisono, hingga akhir tahun, Biskita Trans Pakuan free alias gratis tanpa ongkos.
Hal itu bertujuan fokus pada mengajak warga beralih ke moda transporasi bus tersebut.
”Sementara ini gratis, nol rupiah. Cuma kita sosialisasikan tapping e-money dan aplikasi. Bagi warga yang belum punya e-money, nanti dibantu pramudinya,” katanya.
Terkait perkiraan tarif nantinya, pihaknya mengaku bakal melakukan survei terlebih dahulu, melihat jumlah penumpang saat uji coba dan jarak. Sejauh ini, baru sepuluh bus yang beroperasi di koridor 5, Stasiun Bogor-Ciparigi.
”Kalau gaji pengemudi itu UMR plus insentif. Mekaniknya juga pasti UMR. Tapi mungkin berbeda (dengan sopir, red). Sejauh ini sekitar 50 orang eks PDJT dan sopir angkot yang ikut seleksi,” ungkapnya. (ryn/feb/run)