Menjadi salah satu di antara 23 sopir Biskita Trans Pakuan menjadi secercah harapan bagi Agus Mulyanto. Bagaimana tidak, bekerja di belakang kemudi bus TransPakuan besutan Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor sejak 2007, kini ia berharap bisa lebih sejahtera sesuai janji Wali Kota Bogor Bima Arya.
Ia pun bercerita tentang awalnya bisa menjadi sopir Biskita Trans Pakuan. Pria 43 tahun itu bersyukur bisa lolos dan memenuhi syarat. Meskipun untuk program ini belum jadi pegawai tetap, setidaknya ada secercah harapan untuk lebih sejahtera.
Apalagi, ada kabar nantinya pada pekerja di Biskita Trans Pakuan bakal mendapat kontrak kerja panjang dengan gaji UMR plus tunjangan.
”Alhamdulillah memenuhi syarat. Saya punya SIM B2, umur dan pendidikan masuk. Kalau sekarang sifatnya masih PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, red)-lah. Tapi di PDJT saya statusnya karyawan tetap,” katanya di Ciparigi, Rabu (4/11).
Memang, ia mengaku belum tahu gaji sopir sekarang tepatnya berapa. Yang jelas, ia dijanjikan lebih besar dari dulu di TransPakuan. Sebab, menurut informasi pimpinan, program ini harus jalan dulu baru subsidi dari pemerintah pusat bisa cair. Itulah yang menjadi sumber dana operasional, termasuk gaji sopir.
”Nanti setelah jalan baru dibayarkan. Komitmennya begitu. Saya sih ikut saja. Karena buat saya, PDJT sudah kayak rumah sendiri. Ya berharap lebih sejahtera di program ini,” ujarnya.
Bapak dua anak itu menjelaskan, dari 23 sopir yang diberdayakan, dalam satu hari ada 20 orang yang bekerja dan tiga lainnya mendapat jatah libur. Dari 20 orang itu, dibagi dalam dua sif masing-masing sepuluh orang.
Selama beberapa hari menjalankan Biskita Trans Pakuan, ia punya beberapa masukan untuk pengelola. Di antaranya terkait pengaturan jalan hingga sarana prasarana.
”Misalnya shelter di Stasiun Bogor itu kita harus mutar balik. Itu mungkin harus ada rekayasa lalinnya. Kalau jam padat itu bikin krodit. Terus juga shelter kalau hujan, suka ada motor yang parkir di tempat kita berhenti,” tegasnya.
Meskipun, sejauh ini bus yang dikemudikannya nyaman karena bus baru, dengan berbagai teknologi seperti mesin tapping, kamera pengawas, hingga AC.
”Kita didorong untuk disiplin. Kecepatan maksimal 50 kilometer per jam. Ada kamera pengawas. Jadi kalau lewat batas kecepatan atau ngantuk, ya langsung ditegur. Termasuk berhenti tiap shelter itu sepuluh detik. Berhenti di terminal itu delapan menit. Kadang kalau penuh ya bisa lebih cepat dari itu,” kata warga Sukasari, Kecamatan Bogor Timur, itu.
Adanya kebijakan tanpa ongkos alias gratis, Agus juga punya ’tugas tambahan’ menyosialisasikan pemakaian tapping. Sebab, nantinya saat ada tarif, mesti cashless alias menggunakan e-money.
Termasuk mengedukasi penumpang untuk tidak makan-minum dalam bus. Ia pun sangat berharap bisa jadi pegawai tetap yang dikabarkan bakal dikontrak enam sampai tujuh tahun dengan gaji UMR dan tunjangan.
”Jadi kita nggak muluk-muluk lah. Bisa kerja lagi saja sudah alhamdulillah. Program ini bikin para sopir diberi peluang untuk lebih sejahtera,” imbuh Agus.
Apalagi, Wali Kota Bogor Bima Arya dan jajaran manajemen pengelola juga berjanji memberi kemudahan bagi para sopir angkot yang mau bergabung dalam Biskita Trans Pakuan.
Misalnya sopir yang belum punya SIM B1, akan diberi kemudahan. Lalu sopir angkot juga dibantu sekolah kejar paket untuk memenuhi persyaratan.
”Yang nggak jadi sopir lagi, diberdayakan di bengkel atau mekanik. Kan pak wali bilangnya begitu. Ini sudah positif lah, tinggal kita tagih (komitmen, red). Setidaknya langkah biar kita lebih sejahtera lah,” harapnya. (ryn/run)