METROPOLITAN – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Wikan Sakarinto, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah memaksa dunia pendidikan segera berubah. “Pandemi memaksa kita untuk (mengeluarkan) ‘the power of kepepet‘ kita untuk kompak lagi,” jelas Wikan dalam Kick Off G20 on Education and Culture, Rabu (9/2).
Ia menilai sebelum pandemi Covid-19, stakeholder pendidikan berjalan sendiri-sendiri. Namun dengan adanya kondisi krisis, kini dunia pendidikan bisa berkolaborasi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dalam menciptakan ekosistem yang saling terhubung.
“Filosofi gotong-royong itu membulat ketika bersama-sama menghadapi kesusahan, sehingga gotong-royong kita dalam bentuk link and match. Kita mengalami peningkatan dalam kebersamaan ini,” ujarnya.
Ia mengakui pandemi ini menciptakan eskalasi kepada tingkat yang membahayakan bagi pendidikan, termasuk vokasi. Hal itu karena peserta didik hanya belajar dari rumah hingga kegiatan praktik yang terhambat membuat kualitas lulusan menurun.
Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi dengan industri untuk bisa menyerap angkatan kerja yang setiap tahunnya bertambah 2 juta orang. Salah satunya melalui menciptakan kurikulum bersama sampai praktisi yang menjadi pengajar.
“Industri memahami apa itu link and match sebenarnya, seperti kurikulum dibikin bersama, praktisi mengajar, project based learning, magang bersama dan guru training bersama industri sampai komitmen serapan lulusan,” kata Wikan.
“Ini semua menggambarkan bahwa kita sedang melakukan sesuatu yang mungkin ibarat anak panah, kita mundur ke belakang untuk bisa menjadi lebih kuat. Itu makna dari pulih bersama untuk bangkit lebih kuat lagi,” tandasnya. (jp/feb/py)