METROPOLITAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Jawa Barat, menambah jumlah tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 secara bertahap hingga mencapai 1.300 unit guna memastikan kebutuhan tempat perawatan pasien tercukupi.
”Penambahan ini dapat dilakukan secara bertahap dengan memantau terus peningkatan BOR (tingkat pemakaian tempat tidur pasien atau bed occupancy rate) dan dikendalikan agar (BOR) tetap di bawah 60 persen,” kata Sekretaris Dinkes Kota Bogor, Erna Nuraena.
Erna mengatakan bahwa penambahan jumlah tempat tidur di ruang isolasi untuk pasien Covid-19 dilakukan untuk menghadapi potensi peningkatan kasus infeksi virus corona.
Saat ini tempat tidur yang disiapkan untuk pasien Covid-19 di 21 rumah sakit di Kota Bogor masih mencukupi.
Menurut data Dinkes Kota Bogor, hingga Sabtu (19/2) lalu, sebanyak 54 dari 112 tempat tidur yang disediakan untuk pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan 224 dari 449 tempat tidur untuk pasien Covid-19 dengan gejala sedang sudah terpakai.
Tempat tidur yang disiapkan untuk pasien Covid-19 dengan gejala berat sebanyak 147 unit dan sebanyak 84 unit di antaranya sudah digunakan. Selain itu, dari 62 tempat tidur yang disiapkan untuk pasien dengan kondisi kritis baru 29 unit yang digunakan.
”BOR secara keseluruhan untuk tiga gejala saat ini masih 45,1 persen,” kata Erna.
Jika kebutuhan tempat perawatan pasien Covid-19 meningkat, ia mengatakan, maka rumah sakit akan mengalihkan fungsi sebagian tempat perawatan pasien lain menjadi ruang isolasi pasien Covid-19.
Menurutnya, sebanyak 21 rumah sakit sudah menyatakan siap mengonversi secara bertahap 30 persen dari ruang rawat pasien menjadi menjadi ruang isolasi pasien Covid-19.
Di samping itu, pemerintah kota akan mengoperasikan kembali perluasan rumah sakit dan pusat isolasi di Asrama IPB Dramaga jika 80 persen tempat tidur pasien di rumah sakit umum daerah terpakai.
Sementara itu, berdasarkan catatan Dinkes Kota Bogor, penambahan kasus baru Covid-19 di Kota Bogor pada 17 Februari 2022 mencapai angka 1043.
Menurut Kepala Dinkes Kota Bogor dr Sri Nowo Retno, MARS, jumlah tersebut merupakan angka tertinggi kasus harian selama masa pandemi di Kota Bogor. Kasus berasal dari pemeriksaan sampel Dinkes sejumlah 22 kasus, dan pemeriksaan secara mandiri sejumlah 1.022 kasus.
“Dari total sampel yang diperiksa 3472 sampel, dengan positivity rate 30 persen.
berasal dari Kecamatan Bogor Selatan 160 kasus, Bogor Barat 242, Bogor Utara 155, Bogor Timur 134, Bogor Tengah 147 dan Tanah Sareal 205 kasus,”paparnya.
Sementara itu, untuk BOR RS per tanggal 17 Februari 2022 tercatat 49,1 persen; dengan BOR ICU 53,2 persen. Jumlah pasien asal Kota Bogor yang dirawat di rumah sakit sebanyak 217 atau 50 persen dari total pasien yang dirawat. Sisanya 143 orang (33,5%) berasal dari Kabupaten Bogor dan 67 orang (15,7%). Pusat isolasi di BPKP Ciawi terisi 54 persen.
Ia mengimbau agar pasien Covid-19 segera melapor ke puskesmas terdekat secara online melalui call center puskesmas yang telah diinformasikan di berbagai media
“Atau bisa juga melalui kader atau RW Siaga terdekat. Pasien juga dapat mengakses layanan telemedisin IDI Kota Bogor di no WA 0895346287624,” paparnya.
Selain itu, pasien positif juga bisa mengakses layanan telemedisin Jawa Barat melalui link https://pikobar.jabarprov.go.id/isoman layanan telemedisin Kemenkes melalui link https://isoman.kemkes.go.id.
Menurutnya, pasien tanpa gejala atau gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah. Rumah Sakit hanya diperuntukkan untuk kasus sedang atau berat saja.
“Untuk memutus rantai penularan, kontak erat dari pasien terkonfrimasi positif diminta untuk melakukan karantina dan pemeriksaan swab sesuai ketentuan,” terangnya.
Menanggapi lonjakan kasus ini, Sri juga mengingatkan agar masyarakat lebih meningkatkan disiplin protokol kesehatan baik itu di tempat kerja, tempat umum maupun pada saat kembali ke rumah. Serta tidak lupa selalu mengenakan masker dengan benar, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan.
Untuk masyarakat yang rentan, lansia atau yang memiliki komorbid dihimbau untuk tidak banyak beraktivitas keluar rumah. Gejala Covid-19 varian Omicron memang lebih banyak bergejala ringan, namun tetap tidak dapat diabaikan, karena bila terkena pada kelompok rentan bisa berisiko bergejala berat bahkan kematian.
“Upaya lain yang juga penting adalah vaksinasi. Masyarakat yang belum mendapat vaksin pertama dan kedua dihimbau untuk segera mendapatkan vaksinasi. Untuk masyarakat yang telah mendapat vaksin kedua lebih dari enam bulan, dapat segera mendapatkan vaksin booster,” tandasnya. (ten/feb/run)