METROPOLITAN – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengevaluasi kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir. Ia mengklaim kasus di dalam negeri terus menurun.
Kasus Covid-19 pada Selasa (22/3) bertambah 7.464 sehari. Sayangnya, pengujian atau testing juga terlihat menurun yakni hanya 189 ribu spesimen sehari.
Rata-rata jumlah tes sehari sebelumnya bisa mencapai 400–500 ribu sehari. Kini total sudah 5.974.646 orang terinfeksi Covid-19.
Kasus terkonfirmasi positif harian terdapat tiga provinsi dengan angka tertinggi yakni Jawa Barat 1.722 kasus, DKI Jakarta 1.012 kasus, dan Jawa Tengah 828 kasus. Angka kesembuhan harian bertambah mencapai 29.084 orang sembuh per hari.
Adanya penambahan angka sembuh hari ini meningkatkan angka kumulatif kesembuhan hingga menembus 5.639.029 orang. Di samping itu, pasien meninggal juga bertambah lagi sebanyak 170 jiwa.
Paling banyak angka kematian disumbang Jawa Tengah 46 jiwa. Total sudah 154.062 jiwa meninggal dunia.
Jumlah kasus aktif turun 21.790 orang. Kasus aktif adalah orang yang masih sakit atau belum berstatus negatif. Kini kasus aktif tersisa 181.555 orang.
Positivity rate orang harian 6,05 persen atau lebih dari 1 kali batas WHO. Dan positivity rate orang mingguan di angka 9,24 persen. Secara sebaran wilayah terdampak masih berjumlah 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota.
Sementara kasus Covid-19 di berbagai negara kini kembali naik lagi. Menurut Menkes Budi, kenaikan kasus global dipicu karena lonjakan varian Omicron BA.2.
“Itu naik secara global karena negara-negara itu kena subvarian baru namanya BA.2 sehingga naik,” kata Menkes Budi kepada wartawan, Selasa (22/3).
Kenaikan kasus terutama terjadi di negara-negara Eropa. Menurutnya hal itu terjadi karena Eropa terburu-buru mengendorkan prokes.
“Kami cek Indonesia sudah kena belum BA.2 termasuk, sudah. Dan sudah cukup lama sejak awal Januari,” katanya.
Menurut Menkes Budi, kasus Covid-19 varian BA.2 di Indonesia memang sudah ada namun tidak mengalami kenaikan kasus. Itu terjadi karena vaksin Covid-19 terus digenjot.
“BA.2 di kita enggak naik. Itu sama seperti India, karena vaksinasi kita baru digenjot itu kan baru bulan September, jadi kekebalannya masih tinggi,” katanya.
“Kedua, teman-teman di Indonesia lebih disiplin dibandingkan mereka (Eropa),” tambahnya.
Lalu bagaimana caranya mengantisipasi kemungkinan naiknya kasus kembali? Ia menegaskan senjatanya hanya dua hal.
“Cuma dua. Pertama masker tetap dipakai itu yang paling sangat membantu. Kedua, percepat vaksinasi terutama lansia,” tegasnya. (jp/feb/run)