METROPOLITAN – Direktorat Perfilman, Musik dan Media; Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek menggelar acara ‘Senandung untuk Sahabat’ yang merupakan acara puncak program Kita Cinta Lagu Anak Indonesia (KILA). Ajang unjuk bakat seni anak-anak ini bertema Anti-Perundungan dan Sikap Intoleransi.
Sekretaris Direktur Jenderal (Sesditjen) Kebudayaan, Fitra Arda, mengapresiasi prestasi anak-anak yang telah berhasil membuktikan kepiawaiannya dalam menciptakan lagu anak, bernyanyi dan mengaransemen lagu. “Tugas kita sebagai orang tua memberi ruang kepada anak-anak agar mereka bisa mengaktualkan bakat dan minat sesuai fitrahnya,” tuturnya melalui siaran pers, kemarin.
Pentingnya menyediakan ruang bagi generasi muda untuk tumbuh dalam iklim yang aman, sejahtera dan dihargai lingkungan sekitar juga digarisbawahi Sesditjen Kebudayaan.
“KILA adalah salah satu ruang untuk itu, maka kita harus tingkatkan terus melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti satuan pendidikan, pemerintah daerah, komunitas, sanggar seni, keluarga dan masyarakat untuk bisa memaksimalkan dampak positif kegiatan ini,” lanjutnya.
Kepada anak-anak yang telah berpartisipasi dalam KILA 2022, Fitra Arda juga memotivasi mereka agar terus berkreasi dan menjalani masa muda untuk mengeksplorasi bakat dan minat melalui berbagai kegiatan positif. “Kalian adalah bagian dari upaya kita semua untuk menghidupkan kembali lagu anak-anak di Indonesia. Teruslah berkreasi,” tekannya sembari mengajak seluruh pihak terkait berkolaborasi menciptakan iklim tumbuh kembang yang nyaman agar anak-anak bebas berekspresi sesuai koridornya.
“Kita harus siapkan ruang kreasi dan dukung anak-anak kita. Kita perlu tingkatkan kepedulian dan partisipasi untuk menjamin pemenuhan hak anak-anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabatnya serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,” pesan Sesditjen Kebudayaan.
KILA akan menyajikan tema yang berbeda-beda setiap tahunnya. Khusus pada gelaran tahun ini, dua dari tiga dosa besar yang kerap terjadi di dunia pendidikan, yaitu perundungan dan intoleransi, dipilih menjadi tema wajib untuk para peserta lomba cipta lagu anak. Minat para pendaftar setiap tahunnya terus meningkat.
Pada 2020 ada 1.295 pendaftar, 2021 ada 2.389 dan 2022 ada 3.317 pendaftar. Dari ribuan pendaftar tersebut untuk tahun ini saja tercatat hanya 478 peserta yang berkasnya lengkap dan berhak mengikuti berbagai tahapan seleksi KILA selanjutnya.
Dalam laporannya, Direktur Perfilman, Musik dan Media, Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengatakan, Pentas KILA 2022 menjadi ajang apresiasi bagi para pemenang melahirkan karya-karya baru sekaligus menyosialisasikannya.
“Para peserta lomba cipta lagu menghadirkan karya-karya terbaik mereka dengan membawa misi komunikasi positif tentang permasalahan besar yang kerap terjadi di dunia pendidikan, yaitu perundungan dan sikap intoleransi,” terangnya.
Ke depan, melihat kondisi pandemi Covid-19 yang mulai terkendali, Dit PMM akan melanjutkan sosialisasi lagu-lagu karya pemenang lomba KILA ke beberapa daerah di Indonesia. Untuk keperluan tersebut, tahun ini KILA bersama mitra pendukung di berbagai daerah telah menyambangi kota Madiun, Yogyakarta, Bandung, Depok dan Samarinda.
“Kita akan diskusikan bersama bagaimana agar guru-guru nantinya bisa mengajarkan lagu-lagu ciptaan anak-anak ini kepada peserta didik di sekolah,” kata Mahendra mengutip arahan Franka Nadiem Makarim yang mendorong agar semakin banyak anak-anak di Indonesia yang menyanyikan lagu bermuatan positif dan sesuai usia mereka. (*/els/py)