METROPOLITAN – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor mencatat sebanyak 1.884 anak-anak putus sekolah sepanjang 2021. Mereka merupakan anak sekolah tingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta.
“Untuk jenjang SD negeri sebanyak 1.196 anak dan dari swasta 54 anak. Untuk jenjang SMP negeri sebanyak 134 anak dan dari swasta 500 anak,” terang Humas Disdik Kabupaten Bogor, Iqbal Rukmana.
Artinya, sambung Iqbal, angka putus sekolah terbanyak berada di jenjang SD. Faktor dari banyaknya angka putus sekolah itu relatif. Selain alas an ekonomi, juga karena budaya di lingkungan pelosok. “Kultur dari orang tua atau masih ada juga stigma bahwa anak yang bisa baca itu tidak butuh sekolah, padahal itu salah besar,” jelas Iqbal.
Untuk menekan angka putus sekolah, Disdik telah menyediakan fasilitas sarana lembaga pendidikan di seluruh wilayah. Selain itu, ada pula beberapa program penunjang Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Salah satunya Program Lima Warga Satu Guru (Mawar Sagu).
“Menyasar bagi warga yang tidak bisa bersekolah dengan sistem formal, maka diarahkan mengikuti pembelajaran Nonformal (Paket A, B,C ) di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),” tutur Iqbal.
Beberapa waktu lalu, Plt Bupati Bogor, Iwan Setiawan, berharap Program Mawar Sagu dapat dijalankan seluruh tenaga pendidik di Kabupaten Bogor, dengan menjaring warga yang belum mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP. “Satu guru itu mengajar lima orang, lalu diarahkan mengikuti kejar paket kesetaraan. Diharapkan ini bisa mengakselerasi capaian RLS kita,” kata Iwan.
Diketahui, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kabupaten Bogor berada di angka 8,31 tahun. Lebih rendah dibandingkan secara nasional yakni 8,54 tahun. Angka itu juga masih jauh dari yang ditargetkan Pemkab Bogor dalam Program Karsa Bogor Cerdas, yakni 8,61 tahun pada 2023.(cok/rb/els/py)