METOPOLITAN – Flu adalah penyakit yang umum menyerang di musim hujan. Dalam kondisi normal biasanya kedua penyakit tersebut akan pulih dengan sendirinya dan hanya menyebabkan gejala ringan.
Namun demikian kadang bisa juga muncul komplikasi lebih lanjut dari flu. dr Soekirman Soekin, SpTHT-KL dari Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) mengatakan salah satunya adalah gangguan pendengaran.
Hal tersebut, dijelaskan dr Soekirman, ada hubungannya dengan saluran pipa eusthacius yang menghubungkan hidung, mulut dan telinga. Ketika pilek cairan ingus yang menumpuk di hidung bisa lari ke kuping menyebabkan masalah. “Jangan sepelekan pilek dia bisa menyebabkan infeksi ke telinga yang menahun. Kalau sudah menahun nanti bisa menumpuk cairan (ingus, red) pecah gendangnya merusak pendengaran,” ujarnya.
Dan kalau rusak, menurut Soekirman, gendang atau telinga bagian tengah istilahnya tuli hantar. “Paling itu tulinya sedang. Sedangkan kalau rumah siput yang rusak itu bisa jadi tuli berat. Maka dari itu semuanya harus dijaga,” terangnya.
Kondisi tersebut bisa semakin parah bila seseorang yang pilek alami kondisi perbedaan tekanan udara misalnya saja saat naik turun gunung atau bepergian dengan pesawat. Saluran eustachius yang harusnya bisa jadi penyeimbang tekanan udara tersumbat produksi lendir berlebih yang lari ke telinga. “Terutama saat landing sakitnya itu minta ampun bisa sampai pecah gendang telinga. Kalau berlarut lama dokter akan memerlukan pipa ventilasi supaya tekanan di dalam dan di luar bisa sama, cairan juga keluar agar bisa sembuh,” ungkap dr Soekirman.
Untuk mencegah pilek tidak menyebabkan komplikasi ada beberapa cara yang sebetulnya bisa dilakukan. dr Soekirman mengatakan pertama yaitu lewat vaksinasi sehingga lebih mungkin untuk menghindari penyakit, kedua dengan menjaga daya tahan tubuh sehingga bisa pulih lebih cepat dan terakhir bila diperlukan bisa memakai obat decongestan.
Obat decongestan bekerja dengan mengencerkan lendir sehingga dapat lebih mudah dibuang tidak membuat sumbatan.
(dtk/mam/dit)