METROPOLITAN - Meski telah memasuki musim hujan, warga Kota dan Kabupaten Sukabumi masih dilanda krisis air bersih. Selain rusaknya irigasi, suplai air PDAM juga mulai berkurang. Di Kota Sukabumi, krisis air bersih terjadi di Kampung Pajagalan, Kelurahan Warudoyong.
Pasokan air dari PDAM yang selama ini jadi sumber air utama tidak lagi bisa diandalkan. Kejadian ini sudah berlangsung dua pekan terakhir. Selama ini, warga mengandalkan sumur dangkal serta pasokan air dari PDAM. Hanya saja kedua sumber air tersebut mengalami penurunan debit.
Salah seorang warga, Pingkan (23), mengaku gejala terjadinya krisis air bersih itu mulai dirasakan sejak musim kemarau lalu. Puncaknya terjadi pada dua pekan terakhir, warga semakin merasakan kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Jika aliran air PDAM berhenti, kami terpaksa harus bergantian mengambil air dari sumur milik tetangga. Tapi kini hampir semua sumur yang ada tidak lagi bisa dimanfaatkan karena debit airnya semakin menyusut,” papar Pingkan.
Keluhan serupa juga dirasakan warga lainnya, Ranti. Menurutnya, pasokan air dari PDAM sudah tidak bisa diandalkan. Suplai air bersih dari perusahaan daerah tersebut sangat tidak menentu, bahkan pernah tidak mendapatkan pasokan selama seharian penuh. “Terkadang pasokan airnya sangat kecil sekali, itu pun tidak berlangsung lama,” ungkapnya.
Sementara di Kabupaten Sukabumi, kekeringan terjadi akibat saluran irigasi tidak berjalan optimal karena rusak dan bocor. Puluhan hektare lahan persawahan di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, tidak bisa menanam padi. Bahkan selain irigasi yang kurang berfungsi, kemarau panjang pun mempengaruhi persediaan air di daerah itu, ditambah banyaknya pendangkalan di sepanjang saluran irigasi sehingga air untuk mengairi lahan pertanian tidak maksimal.
Saluran Irigasi Cipeundey tersebut untuk mengairi lahan pertanian di Desa Gunungguruh, Desa Kebonmanggu dan Desa Sirnaresmi, Kecamatan Gunungguruh, serta Desa Kertaraharja dan Desa Bojongraharja, Kecamatan Cikembar. Kepala Desa Sirnaresmi Rizal Indarsyah mengatakan, karena air tidak mengalir maksimal maka banyak petani yang tidak bisa bercocok tanam.
“Beruntung petani sudah panen belum lama ini, namun akibatnya sekarang sekitar 10 hektare lebih lahan pertanian tidak bisa digunakan bercocok tanam, khususnya menanam padi,” bebernya. Pihaknya juga mengaku sudah berupaya, bahkan berulang kali menyampaikan aspirasi warganya kepada pemerintah daerah.
Seperti mengajukan proposal ke Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Sukabumi untuk pembangunan normalisasi saluran irigasi tersebut. Namun, hingga kini bantuan tersebut belum juga terealisasi. Jika musim hujan, warga di sini masih bisa bercocok tanam. Tetapi jika musim kemarau, para petani tidak bisa menanam padi karena sawahnya kering.
Karena itu untuk mengantisipasi gagal panen, pihaknya berencana memanfaatkan dan memfungsikan kembali air sumur bor yang berada di wilayah Al-Huda untuk didistribusikan ke lahan pertanian warga sekitar. “Sumur bor yang dibangun Pemprov Jabar 15 tahun silam ini memiliki kedalaman sekitar 200 meter. Kalau difungsikan kembali, sumur bor ini dapat mengairi lahan pertanian padi sekitar 40 hektare,” pungkasnya. (mas/els/run)