METROPOLITAN - Menyusul mewabahnya virus corona di China, warga Indonesia yang telah dievakuasi kini sedang dikarantina di Pulau Natuna. Mereka tinggal di dalam pangkalan militer, sementara ratusan warga setempat menentang keberadaan mereka. Karantina WNI di Natuna: Mereka yang dievakuasi ke Pulau Natuna dari Wuhan tinggal di dalam tenda bersama 9 sampai 12 orang Warga setempat menentang keputusan daerahnya menjadi tempat karantina warga lokal bahkan memilih untuk meninggalkan Pulau Natuna karena kekhawatiran Sepuluh hari sejak kota Wuhan di China dinyatakan tertutup atau "lockdown", 238 warga Indonesia yang berada di Wuhan dan sekitarnya telah berhasil dievakuasi dan dibawa ke Pualu Natuna, Kepulauan Riau. Namun setelah mendarat hari Minggu lalu (02/02), mereka tidak dapat bertemu dengan keluarga masing-masing, karena harus menjalani karantina selama 14 hari di sebuah pangkalan militer. Kepada ABC Indonesia salah satu di antaranya mengaku senang karena bisa keluar dari China, di mana hingga berita ini diturunkan sudah ada 564 orang yang tewas akibat virus mematikan ini. "Lega rasanya. Semua ketidakpastian [karena lockdown] akhirnya berakhir. Setidaknya kami sekarang ada di tanah air sendiri," kata seorang warga yang tidak bersedia disebutkan identitasnya. Di Pangkalan Militer Natuna, ia beserta ratusan orang yang kebanyakan adalah pelajar Indonesia di Chinatinggal di tenda yang sudah disediakan di dalam hanggar. Warga Negara Indonesia yang dievakuasi dari Wuhan, China, dikarantina selama 14 hari di hanggar ini. Koleksi pribadi Tinggal di dalam hanggar Setiap tenda diisi oleh sembilan sampai 12 orang dengan tempat tidur lipat, atau "velbed" yang biasa dipakai oleh militer saat keadaan darurat. "Mereka yang berkeluarga biasanya ditempatkan di satu tenda yang sama," katanya. Fasilitas lainnya yang disediakan di dalam tenda adalah pendingin ruangan, televisi, dan WC lengkap dengan peralatan mandi. Fasilitas WC portabel yang disediakan di lokasi karantina. Koleksi pribadi "Intinya saya pribadi bersyukur. Mungkin masih ada kekurangan, tapi saya menghargai orang-orang yang rela membantu kami." "Para pilot, pramugari, dan anggota TNI di sini sebenarnya mengambil resiko yang mungkin tidak mau diambil orang kebanyakan dan harus ikut dikarantina juga," ia menambahkan. Di tempat karantina, setiap harinya mereka mendapat makan tiga kali, ditambah makanan ringan yang dibagikan dua kali. "Makanannya prasmanan. Menunya beragam. Hari ini kami makan ikan dan gulai cumi," ceritanya. Selama menunggu masa observasi yang memakan waktu 14 hari, tim yang terdiri dari staf Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri, dan TNI AD menyusun beberapa aktivitas bagi mereka. "Yang rutin adalah senam pagi dan pemeriksaan kesehatan dua kali sehari, pagi dan malam." Komunikasi dengan keluarga sempat terhambat Warga yang sedang dikarantina mengaku kepada ABC Indonesia jika mereka sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga dan memberitahukan kondisinya di tempat karantina, setelah tertunda sejak hari Minggu lalu. "Telepon genggam kami baru diserahkan hari ini. Sepertinya [telepon genggam kami] dibersihkan dulu sebelum dikembalikan kepada kami," katanya. "Orang pertama yang saya hubungi adalah Ibu saya. Beliau langsung menanyakan kondisi kami dan saya sudah sampaikan bahwa kondisi kami sehat." Mereka mengaku saat tidak memegang telepon genggam, malah bisa bersosialisasi satu sama lain.