METROPOLITAN.id - DPD Partai Golkar Kota Bogor menggelar Musyawarah Daerah (Musda) untuk memilih ketua DPD Golkar Kota Bogor, di Hotel Sahira, Kota Bogor, Sabtu (29/8) siang. Musda ke-10 itu berakhir aklamasi dengan menahbiskan Rusli prihatevy sebagai Ketua DPD Partai Golkar periode 2020-2025. Awalnya, ada empat kandidat yang mengajukan diri untuk maju memperebutkan kursi nomer satu partai berlambang pohon beringin Kota Bogor itu, yakni Rusli prihatevy, Heri Cahyono, Hj Isye Christina dan R Andi Iswara Natanegara. Drama sempat terjadi saat usai pembukaan musda yang dibuka oleh Wali Kota Bogor Bima Arya itu, lantaran kandidat dua nama terakhir yang disebut mundur dari pemilihan calon ketua. "Andi (Iswara) sudah mundur sama Isye. Tinggal Heri Cahyono sama Rusli prihatevy," kata Wakil Ketua DPD Golkar Jawa Barat Ade Ruhandi, yang hadir dalam pembukaan musda. Situasi bahkan sempat memanas saat terdengar riuh orang berteriak di dalam ruangan Sapphire itu sekitar pukul 14:00 WIB. Namun tidak terlalu jelas terdengar apa yang diteriakan di dalam rapat tertutup itu. Para petugas penjaga di tiga pintu ruangan pun kompak menutup rapat-rapat pintu dan mengamankan dari luar. Selang satu jam kemudian, rapat pun berakhir dan memutuskan secara aklamasi Rusli prihatevy sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Bogor periode 2020-2025. Golkar Harus Kekinian Ketua DPD Partai Golkar sebelumnya, Tauhid J Tagor mengatakan musda kali ini menjadi proses regenerasi yang berjalan baik. Ia pun berharap proses ini juga terjadi berjenjang ke bawah sebab kedepan Golkar harus lebih kekinian. "Situasi sekarang beda. Gadjet, informasi komunikasi, semua up to date. Nah Golkar nggak boleh ketinggalan dengan hal-hal seperti itu. Kita berharap Rusli bisa ngebut di Kota Bogor, sejalan dengan tujuan itu," katanya kepada pewarta, Sabtu (29/8). Tagor menambahkan, situasi panas memang sempat terjadi saat musda berlangsung. Namun Tagor menyebut hal itu sebagai sesuatu yang biasa dalam pelaksanaan musda di daerah atau tingkat mana pun dan dianggap sebagai dinamika yang biasa dalam partai. Sampai akhirnya, sambung dia, proses pemilihan berakhir aklamasi. Persis yang terjadi dalam Musyawarah Nasional (Munas) ataupun Musda tingkat Provinsi Jawa Barat yang juga berakhir dengan aklamasi. "Alhamdulillah selesai dengan aklamasi. Jadi munas, musda Jabar sampai Kota Bogor, semua aklamasi. Kota Bogor itu kecil tapi bagian dari episentrum. Harus aman dan jadi barometer yang baik di Jabar. Kita dekat dengan Ibukota Jakarta, plus presiden juga ada (tinggal) disini. Kita mengesankan yang baik buat masyarakat. Menunjukan Golkar Kota Bogor sudah dewasa," beber Tagor.

-