METROPOLITAN.id - Diterapkannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat memiliki konsekuensi tersendiri bagi dunia usaha. Salah satunya seperti yang dialami hotel-hotel yang ada di Kota Bogor. Sejumlah penginapan yang ada di Kota Hujan terpaksa merumahkan 60 persen karyawannya lantaran Okupansi Hotel Anjlok hingga di bawah 15,73 persen. Bahkan, mereka dirumahkan tanpa mendapatkan gaji. Hal itu seperti diungkapkan Ketua PHRI Kota Bogor, yuno abeta lahay saat ditemui di Puri Begawan, Kota Bogor, Senin (12/7). "Jadi per Minggu (11/7) itu okupansi hotel hanya di angka sebesar 8 persen, kalau melihat rata-rata perbulannya perhari ini hanya di angka 15,73 persen," kata Yuno. "Normalnya kita itu diantara 60-65 persen perbualan dari 35 hotel baik hotel melati hingga bintang 4," sambungnya. Atas persoalan itu, menurut Yuno, hampir semua hotel yang ada di Kota Bogor melakukan efesiensi, salah satunya dengan merumahkhan karyawan dengan posisi unpaid leave atau cuti tanpa digaji. "Itu sudah terjadi dari 2 minggu yang lalu, absensi sudah dilakukan efisiensi oleh hampir semua. Semua hotel dan restoran sekarang menerapkan kebijakan unpaid leave, jadi dirumahkan tanpa dibayar," ucap dia. "Ada sekitar 5 hotel anggota saya posisinya lagi tutup. Tapi sekarang sih katanya mau buka, tapi belum tau juga (jadi atau tidak), saya belum dapet laporan lagi. Sudah seminggu tutup," sambungnya. Dijelaskannya, berdasarkan catatan yang dimilikinya, posisi saat ini di seluruh hotel di Kota Bogor mengambil keputusan merumahkan 60 persen karyawannya. Sementara, 40 persen lainnya karyawan yang masuk tidak bekerja setiap hari. "Jadi hanya 40 persen yang masuk, masuk juga nggak tiap hari. Dari total anggota kita ada 71 hotel. Itu hampir semua merumahkan karyawan," imbuhnya. "Semua kena. Termasuk GM aja udah ada yang laporan ke saya, masuknya nggak tiap hari. Jadi pake manager on duty sistemnya. Lebih ke pelayanan aja, efisiensi," lanjut dia. Tak hanya hotel, dilanjutkannya, restoran juga terdampak. Karena saat ini restoran tidak boleh makan di tempat. "Jadi posisi waiter yang paling banyak posisinya itu jadi otomatis ga kepake. Sekarang kan semua resto paling yang ada kitchen," bebernya. "Jadi ya semua sekarang sedang berhitung. Kita lagi berupaya untuk bisa bertahan bagaimana caranya," tandasnya. (rez)