METROPOLITAN.id - Ketua KPAID Kota Bogor, Dudih Syiarudin mengusulkan pemerintah agar menunda bantuan yang diberikan bagi sekolah yang pelajarnya terlibat aksi kriminalitas. Hal itu diungkapkannya berkaca dari kejadian pembacokan pelajar asal Kota Bogor yang menyebabkan korban berinisial RMP (18) tewas seketika pada Rabu (6/10). "Kalau sekolah belum berubah kami saat ini akan memberikan suport untuk itu (rekomendasi bantuan ditunda), untuk menjadi pembelajaran bagi sekolah," kata Dudih kepada wartawan. Akan tetapi, menurutnya, terpenting karena pembelajaran di sekolah saat ini tidak dilakukan melalui luar jaringan (luring), melainkan tatap muka. Maka, tidak hanya sekolah yang dijadikan konsen, masyarakat dan orang tua pun harus turut andil dalam pengawasan anaknya masing-masing. "Sekolah itu relatif baru tiga hari PTM. Jadi ini lingkungan, masyarakat dan orang tua yang harus kita ingatkan juga," ucapnya. Disisi lain, Ketua KPAID Kota Bogor menuturkan, pihaknya juga akan segera melakukan koordinasi dengan sekolah-sekolah yang ada di Kota Bogor. Kedatanganya sekaligus memberikan apresiasi ketika sekolah sudah mengikuti sejumlah indikator pengawasan yang diberlakukan pada sekolah-sekolah yang diawasi oleh KPAI. Namun bagi sekolah yang mengabaikan indikator, KPAI dapat memberikan sanksi dengan memberikan rekomendasi kepada dinas terkait, salah satunya dengan meminta untuk menunda bantuan yang selama mereka terima. “Bisa saja direkomendasikan untuk ditiadakan, ya kita tunda dulu,” ucap Dudih. Dudih menjelaskan, punishment yang diberikan kepada sekolah agar kedepan bisa memperbaiki diri agar dapat mendidik anak didiknya lebih baik lagi. “Tentu saja ini bukan salah sekolah saja. Karena selama ini daring, utamanya adalah keluarga dan orang tua, karena malam itu (kasus kekerasan yang menyebabkan RMP tewas) bukan ranah sekolah,” katanya. Menurutnya, sebelum peristiwa nahas tersebut terjadi, KPAID sebenarnya sudah melakukan koordinasi dengan SMAN 7. Hal itu, kata dia, sebagai bentuk pengawasan, namun dirinya mendapatkan kabar buruk tersebut pada Rabu (6/10) malam. “Tentunya saya sangat menyesalkan,” ucapnya. “Insya Allah kami akan intensif, beserta berbagai lembaga teknis, kita harus ingatkan karena eforia (pembelajaran tatap muka) bisa banyak dampak terutama dampak negatif seperti sekarang (kasus kekerasan),” katanya. Saat ini adanya pelonggaran sejumlah kegiatan dan aktivitas masyarakat PPKM Level 3 dan 4 di Jawa-Bali juga menimbulkan masalah baru. “Anak-anak jangankan saling teriak, saling melotot saja salah sangka. Jadi energi mereka (harus disalurkan) sesuai dengan potensinya, jadi kalau seandainya memberikan alternatif potensi yang cukup, dan tidak stuck pada satu kasus saja, maka Insya Allah bisa kita didik pada hal-hal positif,” paparnya. Kedepan KPAID Kota Bogor juga merekomendasikan sekokah harus ramah anak. “Bukan menjadi jargon saja, tapi didalamnya tidak diperlakukan layaknya sekolah ramah anak,” katanya. Dudih juga mengimbau agar orang tua terus memberikan pengawasan kepada anak-anaknya, sehingga mereka tetap terpantau dan terawasi paska pulang dari sekolah. “Insya allah KPAI akan mengeluarkan gerakan Gembira, gerakan menyapa, mendengatkan, dan berbicara dengan anak. Banyak kejadian ini anak tidak didengarkan, tidak disapa, dan tidak diingatkan, jadi kalau sudah kejadian ini saya yakin orang tua mengelus dada,” tandasnya. Sebelumnya, aksi kekerasan yang melibatkan pelajar hingga menimbulkan korban jiwa kembali terjadi Kota Bogor. Teranyar, seorang pelajar yang diperkirakan siswa salah satu SMA negeri di Kota Bogor, mesti meregang nyawa saat tengah berada di sekitaran Taman Palupuh, Tegalgundil, Kecamatan Bogor Utara, Rabu (6/10) malam. Hal itu dibenarkan Camat Bogor Utara Marse Hendra Saputra, bahwa telah terjadi dugaan penganiayaan dan atau pengeroyokan menggunakan senjata tajam yang mengakibatkan seorang meninggal dunia, pada Rabu (6/10) malam, sekitar pukul 22:30 WIB dekat Taman Palupuh, Kecamatan Bogor Utara. Ia juga membenarkan bahwa korban merupakan seorang pelajar berinisial RMP (18), warga Babakan, Kecamatan Bogor Tengah. (rez)