METROPOLITAN.id - Libur akhir pekan lalu yang bertepatan dengan libur Hari Raya Imlek, Selasa (1/2/2022), rupanya tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat keterisian atau okupansi hotel di Kota Bogor. Bahkan, jika dibandingkan dengan tahun 2021 lalu, okupansi hotel Kota Bogor tahun ini anjlok atau mengalami penurunan sekitar tujuh persen. Hal itu diungkapkan Ketua Badan Pimpinan Cabang (BPC) Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor dr Yuni Abeta Lahay. Menurutnya, okupansi hotel di Kota Bogor pada weekend lalu atau pada akhir Januari 2022 hingga libur Hari Raya Imlek, Selasa (1/2), tercatat masih di angka rata-rata 57 persen. Jumlah itu mengalami penurunan jika dibandingkan saat yang sama pada 2021 lalu. "Saat ini masih biasa-biasa saja. Okupansi Kota Bogor di 57 persen. Kalau dibandingkan libur Imlek tahun lalu, kali ini lebih rendah. Ya sekitar 6 sampai 7 persen (lebih rendah)," katanya kepada Metropolitan id, Selasa (1/1/2022). Pihaknya bersama para pengusaha hotel sudah berupaya untuk meningkatkan okupansi di akhir pekan dan libur lmlek kali ini dengan memberikan berbagai promo. Namun hal itu dirasa tidak terlalu berpengaruh. Ia melihat salah satu faktornya lantaran kasus Covid-19 yang tengah melonjak di Kota Bogor. "Nggak terlalu ngaruh (promo-promo). Mungkin karena di Kota Bogor lagi naik juga ya kasus Covid-19-nya. Belum lagi aturan Ganjil Genap yang sekarang berlaku pada akhir pekan di Kota Bogor ya," papar Yuno. Ia menjelaskan, okupansi di Kota Bogor pada libur akhir pekan lalu berkisar di angka 57 persen. Atau jika dijumlah, setara dengan 2.000-an kamar yang terisi di hotel-hotel se-Kota Bogor. "(Okupansi) 57 persen itu sekitar dua ribu room kali ya," imbuhnya. Secara umum, kata dia, pada penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Bogor kali ini, pembatasan ditetapkan kepada kegiatan yang melibatkan ruang meeting. Sedangkan untuk kamar inap tidak dibatasi. "Ya ruang meetingnya (dibatasi 50 persen). Kalau room mah tidak dibatasi," tandas Yuno. Dalam rapat koordinasi Forkompinda terkait lonjakan kasus Covid di Kota Bogor Beberapa waktu lalu, dibahas mengenai pembatasan mobilitas di pusat-pusat keramaian. Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, data-data menunjukan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Kota Bogor cukup signifikan, bahkan per harinya tembus di angka 100 kasus per hari. “Lonjakannya eksponensial, melampaui dari prediksi yang dilakukan oleh kita. Jadi, seharusnya di atas 100 (kasus per hari) baru Februari, tapi ternyata kemarin sudah 115 kasus,” kata Bima Arya. Sementara itu, Kapolresta Bogor Kota Kombes Susatyo Purnomo Condro mengatakan ada sejumlah kebijakan yang akan diterapkan. Pertama, terkait pembatasan mobilitas, Maya dia, pedestrian Kebun Raya Bogor atau SSA ditutup dan kebijakan Ganjil Genap pada weekend diteruskan kembali. "Lalu Ganjil Genap menuju ke tempat pasar itu dilaksanakan pada weekday. Kalau kita lost, khawatir juga perkembangan sangat cepat, tidak terkendali, saya khawatir tingkat fatalitas lebih berbahaya. Kemudian kita akan memaksimalkan crowd free road, ruas-ruas mana yang harus kita kurangi bebannya. Kita harus kerja dua kali lipat lebih keras,” jelas Kapolresta. Selain itu, Satgas juga akan menindak pelaku usaha yang tidak tertib dalam menerapkan aplikasi Peduli Lindungi. “Kemarin dapat laporan juga mall ada yang tidak tertib dalam penggunaan aplikasi peduli lindungi. Kita harus perketat lagi,” pungkasnya. Diketahui dari data Satgas Covid-19 Kota Bogor hingga Senin (31/1) lalu, jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Bogor tembus angka 539 kasus. Dengan penambahan kasus baru per hari pada Senin (31/1) lalu saja mencapai 103 kasus. (ryn)