Rabu, 22 Maret 2023

Kekeruhan Air Baku Tinggi Bikin Layanan Zona 7 Sering Terganggu, Perumda Tirta Pakuan Lakukan 3 Langkah Ini

- Rabu, 30 Maret 2022 | 15:57 WIB
Dirtek Perumda Tirta Pakuan Ardani Yusuf meninjau pengolahan air baku. (IST)
Dirtek Perumda Tirta Pakuan Ardani Yusuf meninjau pengolahan air baku. (IST)

METROPOLITAN.id - Kekeruhan pada sumber air baku Sungai Ciliwung masih menjadi persoalan yang dihadapi Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor Akibatnya, seringkali mengganggu aliran air untuk pelanggan di zona 7. Di mana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Katulampa yang mengaliri zona 7, memanfaatkan air baku dari Sungai Ciliwung. Hal itu diungkapkan Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Pakuan Rino Indira Gusniawan. Menurutnya, salah satu persoalan utama Perumda Tirta Pakuan yakni pengaliran air di zona 7. Ia mengaku sempat menceritakan persoalan kepada warga di zona tujuh dalam acara temu pelanggan beberapa waktu lalu. Rino mengatakan bahwa dalam satu tahun terakhir, kondisi sungai Ciliwung mengalami kekeruhan dengan tingkat kekeruhan air yang tinggi. Tingkat kekeruhannya bahkan bisa tembus 6.800 Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Sedangkan standar air baku yang bisa dikelola yakni di bawah 1.000 NTU.
-
Dirut Perumda Tirta Pakuan Rino Indira Gusniawan. (IST) "Siklus kekeruhan air juga unik. Biasa jam 11 siang sampai 7 malam, setelah itu bening atau normal. Nah, jam 10 malam keruh lagi," katanya didampingi Direktur Teknik Ardani Yusuf dan Direktur Umum Rivelino Rizky, Rabu (30/3). Ia pun menyebut bahwa hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan kekeruhan air sungai Ciliwung. Pada zona 7 sendiri tercatat 34 ribu pelanggan yang mengandalkan pasokan air dari SPAM Katulampa dengan kapasitas 320 liter per detik. "Pada masa (kekeruhan) sampai 5.000 NTU, kami hanya bisa mengolah sekitar 240 sampai 250 liter per detik. Artinya ada kekurangan sekitar 70 liter per detik yang hasil akhirnya mengakibatkan beberapa wilayah terkendala pasokan air," tandasnya. Pihaknya pun melakukan berbagai upaya. Pertama, Perumda Tirta Pakuan melakukan eksperimen untuk penggunaan bahan kimia baru dan sudah dilakukan beberapa kali tes di laboratorium. Untuk mencari komposisi bahan kimia yang cocok untuk kekeruhan air dengan tingkat tinggi. "Itu sudah selesai di tingkat laboratorium. Sudah mulai pada tingkat pengolahan secara produksi. Ada hasil yang bagus, tapi perlu dilakukan penyempurnaan," tukas Rino. Selain itu, pihaknya juga menerapkan metode pembubuhan dengan bahan kimia yang biasa digunakan pada saat pra sedimentasi dan pengolahan air. Metode ini menunjukkan hasil yang bagus, tapi hanya saja efektif untuk kekeruhan air baku sampai 2.000 NTU. Tak hanya itu, kata dia, dengan metode ini ada permasalahan lain yakni terjadi penumpukan lumpur dari biasanya 1 persen, bisa mencapai 50 persen. Sehingga banyak saluran tersumbat dan harus banyak melakukan pembuangan air sisa produksi. Solusinya, sambung Rino, Perumda Tirta Pakuan mengatur ulang jalur pembagian wilayah layanan. Air sebagian dari wilayah layanan zona 4 sekitar 30 liter per detik dibagi untuk memenuhi wilayah layanan tertentu dengan sekitar 5.000 pelanggan. Untuk langkah lain, kata Rino, ada penambahan kapasitas air untuk pasokan di wilayah layanan zona 7 itu sendiri. Pihaknya berencana mengoperasikan sementara atau ujicoba dengan kerja sama memanfaatkan Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik PT. Unitex Tbk. "Kami sedang godok ini dan buat PKS (Perjanjian Kerja Sama) dalam waktu singkat. Walaupun dari rencana awal ini dilakukan akhir tahun, tapi kami coba untuk mempercepat proses penanggulangan di zona 7. Itulah tiga langkah di zona 7," pungkas Rino. (ryn)

Editor: Ryan Milan

Tags

Terkini

X