Rabu, 31 Mei 2023

Soal Kemunculan Ade Armando di Tengah Demo, Pengamat Ini Nilai Ada Kemungkinan Masuk Agenda Setting

- Selasa, 12 April 2022 | 10:26 WIB
Foto:arifin/metropolitan
Foto:arifin/metropolitan

METROPOLITAN.id – Aksi demo BEM Seluruh Indonesia di depan Gedung DPR RI pada Senin (11/4), menjadi perhatian berbagai pihak. Tak terkecuali soal kehadiran pegiat media sosial Ade Armando di tengah-tengah aksi. Ade Armando yang kemudian dikeroyok menjadi sorotan dan dianggap cenderung menenggelamkan aksi demo yang membawa banyak tuntutan tersebut. Pengamat politik yang juga Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi ikut menyoroti persoalan tersebut. menurutnya, Ade Armando adalah seorang pegiat sosial media. Sehingga ia merasa tidak aneh jika seorang Ade Armando ikut berdemo. “Mungkin saja selain dia juga banyak senior lain yang turun untuk memantau jalannya aksi massa. Saya pikir awalnya tidak ada yang aneh,” ujar Yusfitriadi dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (11/04) malam. Menurutnya, yang menjadi sorotan adalah perkembangan media yang pada akhirnya mengesampingkan substansi berita aksi demo mahasiswa. Ia menyebutkan bahwa trending topic atau topik teratas di Twitter menunjukan bukan tentang aksi demo 11 April 2022. Melainkan, kasus penganiayaan terhadap Ade Armando. “Saya melihat ada kemungkinan Ade Armando masuk ke dalam skenario setting agenda atau bagian dari setting agenda. Entah siapa yang melakukan setting, disadari atau tidak oleh Ade Armando, hari ini dia terjebak dalam setting agenda untuk membiaskan tuntutan aksi mahasiswa 11 April 2022,” katanya. Yusfitiradi melihat ada beberapa kemungkinan soal itu. Pertama bahwa Ade Armando memang masuk dalam setting agenda, atau kedua Ade Armando juga tidak paham karena dinamika politik saat itu. “Saya tidak bisa memastikan dia sudah disetting dari awal atau dia memang terjebak dalam agenda setting tersebut. Karena tidak ada bukti apapun. Namun faktanya, hari ini di endingnya, Ade Armando adalah sebuah settingan untuk mengaburkan substansi isu aksi demo mahasiswa,” ungkap Yusfitriadi. Yusfitriadi menjelaskan, aksi 11 April merupakan bagian dari rentetan aksi sebelumnya. Artinya, bukan aksi tunggal, melainkan sudah ada aksi-aksi sebelumnya yang tidak banyak media yang meliput. "Sehingga muncul meme dan sindiran lainnya yang berpesan ke mana media dan seterusnya. Atau, itu pun mungkin masuk ke dalam agenda setting. Sekarang itu agar media tidak dicap hilang, maka media standby di lokasi aksi demo mahasiswa. Tapi yang diangkat bukan isu aksinya. Melainkan Ade Armando yang dianiaya. Saya berpendapat ini juga bukanlah sebuah kegagalan mahasiswa. Karena memang isu ini yang digawangi sejak awal oleh para pihak yang ingin isu tiga periode, penundaan pemilu untuk tenggelam. Sehingga dari awal ini pun sebuah portal dari tidak munculnya isu-isu penundaan dan tiga periode masa jabatan presiden,” tandasnya. (*/fin)

Editor: Arifin

Tags

Terkini

X