METROPOLITAN.id - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kian mewabah membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor segera membentuk Satgas Penanganan PMK. Pemkab Bogor juga membutuhkan anggaran lebih dari Rp500 juta untuk membeli obat-obatan, disinfektan dan menanggulangi wabah ini karena vaksin PMK masih terbatas. Plt Bupati Bogor Iwan Setiawan mengatakan, Pemkab Bogor melalui Satgas PMK berencana memberikan obat-obatan dan vitamin kepada para peternak. Langkah ini dilakukan untuk melindungi para peternak agar hewannya tak terjangkit penyakit. Sebab, wabah PMK bisa menular begitu cepat dan sangat merugikan secara ekonomi. "Usulan sekitar Rp551 dari anggaran Belanja Tak Terduga (BTT). Itu untuk obat-obatan dan vitamin hewan ternak. Satgas juha perlu dukungan operasional," ujar Iwan usai Rapat Perkembangan Terkini PMK di Kabupaten Bogor di Ruang Rapat 1 Setda, Cibinong, Senin (20/6). Sementara itu, Kabid Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) pada Diskanak Kabupaten Bogor, Prihartini mengatakan, vaksin yang sudah didistribusikan pemerintah pusat sebanyak 10 ribu dosis untuk se-Indonesia. Kabupaten Bogor sendiri baru kebagian 100 dosis vaksin PMK. Secara keseluruhan, pihaknya mengajukan sebanyak 5 ribu dosis vaksin. "Vaksin yang sudah didistribusikan baru 10 ribu se-Indonesia. Hari ini kita dapat 100 dosis. Katanya Minggu nanti datang 3 juta vaksin ke pusat. Untuk di kabupaten Bogor kita ajukan 5000 dosis," kata Prihartini. Menurutnya, vaksin-vaksin tersebut akan diprioritaskan untuk sapi perah terlebih dahulu. Sebab, sapi perah lebih rentan mati jika sudah tertular. "Yang paling banyak itu di Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) di Pamijahan, lebih rentan sapi perah. Kalau sapi potong rata-rata satu minggu sampai 10 hari bisa disembuhkan," jelasnya. Saat ini, tercatat masih ada 753 ekor sapi yang sakit, terdiri dari 524 sapi perah dan 229 sapi potong. Sementara sapi yang sudah dinyatakan sembuh sebanyak 182 ekor, terdiri dari 39 ekor sapi perah dan 143 ekor sapi potong. "Untuk ternak dalam pengobatan ada 474 ekor, yang mati 13 ekor dan yang dipotong paksa khawatir makin kurus karena sakit sebanyak 17 ekor," terang Prihartini. Ia menjelaskan, 2.433 sapi yang terancam atau berisiko tinggi tertular PMK di kawasan peternakan sapi perah. dengan jumlah peternak sebanyak 106 orang. Akibatnya, terjadi penurunan produksi susu dampak dari PMK rata-rata 15 - 85 persen per ekor. "Terkonsentrasi di kawasan itu sebenarnya. Tapi kasusnya ada di 50 desa yang tersebar di 25 kecamatan. Rata-rata sapi dari Jonggol, Jawa Timur, Jawa Tengah. Kebanyak dari luar, bukan dari lokal," tandasnya. Sebelumnya, ribuan ternak di Bogor sudah terjangkit wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pemkab Bogor langsung membentuk Satgas Penanganan PMK untuk menanggulangi wabah tersebut. Sejauh ini, Pemkab Bogor mencatat ada sekitar 1.900-an hewan ternak yang tertular PMK. "Hari ini kita rapat tentang PMK lintas sektoral, gabungan dinas. Karena makin ke sini makin banyak (ternak terpapar PMK), ini memprihatikan," ujar Plt Bupati Bogor, Iwan Setiawan, Senin (20/6). Menurutnya, Pemkab Bogor sudah melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit PMK sejak jauh hari. Hingga kemudian muncul kasus pertama di Pasar Hewan Jonggol pada akhir Mei lalu yang menginfeksi 14 sapi. Meski saat itu Pasar Hewa Jonggol di-lockdown selama 14 hari, kasus PMK ternyata bermunculan juga di beberapa wilayah lain di Bumi Tegar Beriman. Salah satu wilayah konsentrasi penyebaran berada di Pamijahan karena disana terdapat peternakan sapi cukup besar. Untuk itu, Pemkab Bogor membentuk Satgas Penanganan PMK untuk mengendalikan wabah tersebut. Sebelumnya, satgas ini telah dibentuk untum tingkat dinas di Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Bogor. Namun lantaran wabahnya meluas, satgas tersebut kini dibentuk lebih luas untuk tingkat Kabupaten Bogor dengan penanggungjawab Plt Bupati Bogor dan Diskanak sebagai leading sectornya. "Penularannya awalnya dari jonggol. Kita sudah membentuk 7 posko di enam wilayah. Berdasarkan kejadian ini, kita juga menguatkan kembali, membentuk satgas. Kemarin satgasnya Diskanak, tapi ini melibatkan skala yang lebih besar," ungkapnya. Iwan juga memerintahkan Satgas Penanganan PMK ini lebih masif bergerak di 10 hari jelang Idul Adha. Satgas diminta lebih jeli memeriksa lalu lintas sapi yang masuk ke Kabupaten Bogor. "Menghadapi Idul Adha ini penting. Kami sudah membuat kebijakan untuk H-10 Idul Adha, satgas ini akan lebih dimasifkan untuk memeriksa lalu lalang ternak," terang Iwan. Meski demikian, Iwan meminta masyarakat tak perlu panik akan virus PMK karena tidak menular ke manusia. Meski demikian, upaya pencegahan dan penanganan cepat harus segera dilakukan jika ada ternak yang sakit. "Perlu disampaikan bahwa virus ini tidak menular ke manusia, aman. Cuma manusia bisa membawa virus ke hewan ternak. Makanya kita harus berhati-hati, senantiasa melakukan upaya antisipasi," tandasnya. (fin)