METROPOLITAN.id - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Andi Widjajanto mengunjungi Museum Pembela Tanah Air (PETA) Bogor pada Selasa (19/7) Dalam kunjungannya ini, Gubernur Lemhannas juga berencana bakal mempercantik Museum PETA yang berlokasi di Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor itu Gubernur Lemhannas sendiri tiba di Museum PETA pada pukul 13:00 WIB, sebelum mengelilingi Museum PETA, dirinya sempat melihat film dokumenter tentang asal muasal PETA sebagai cikal bakal TNI. Ketua Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA), Tinton Soeprapto menuturkan, kedatangan Gubernur Lemhannas merupakan agenda yang sangat penting dan ditunggu-tunggu baginya, salah satu yang dibahas adalah menerima masukan baik untuk renovasi museum juga rencana kurikulum sejarah PETA di Lemhannas. “Lemhannas setiap tahunnya punya siswa, Deputi juga banyak, bupati, wali kota, menteri dan pemimpin di Indonesia. Jadi bisa masuk dalam kurikulum pembelajaran,” kata Tinton kepada wartawan, Selasa (19/7). Bagaimana menggalakan generasi muda agar dapat mengenal sejarah khususnya keberadaan PETA. Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) sempat memberikan pujian saat Tinton memberikan materi kuliah umum di (UNHAN). Saat itu Bamsoet menyampaikan materi yang diberikannya dapat membuka memori kolektif kebangsaan, menghimpun kembali catatan sejarah perjuangan bangsa yang terserak di ruang-ruang perpustakaan sekolah dan kampus. “Hari ini satu mimpi saya sebagai Ketua YAPETA, aset-aset ini yang berasal dari orang tua kita, bukan hanya orang tua saya, orang tua dari seluruh bangsa Indonesia,” ucapnya. Tinton juga menyampaikan akan kembali memberikan materi kuliah umum baik di Lemhannas dan UNHAN yang telah dijadwalkan dalam waktu dekat ini. Dalam kesempatan itu, ayah dari dua pebalap nasional Ananda Mikola dan Moreno Soeprapto itu juga akan kembali mengusulkan 14 Februari sebagai Hari Kebangkitan PETA. “Perang geriliya lahirnya dari PETA, mustahil (Indonesia) merdeka, jika tidak berkat Jenderal Besar TNI Soedirman ditandu, di Vietnam juga mencontoh kita (geriliya),” paparnya. Tinton mengaku akan terus mendorong agar 14 Februari menjadi Hari Kebangkitan Peta dan dijadikan sebagai hari nasional. “Ada hari ibu, hari Pancasila, tapi hari Kebangkitan Peta tidak ada. Kesempatan memberikan materi kuliah di Lemhannas atau di Unhan di publikasikan agar mendapatkan pengakuan secara resmi,” tandasnya. (rez)