METROPOLITAN.id - Rencana Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang bakal menaikan tarif Ojek Online (Online) pada Sabtu (10/9), mengundang perhatian dari sejumlah pengemudi Ojol yang ada di Kota Bogor. Musababnya, kenaikan tarif ini apabila tidak dibarengi dengan pengurangan biaya sewa aplikasi, pengemudi Ojol menilai pemasukannya akan sama saja atau tidak mengalami perubahan. "Kalau tarif dinaikan, tapi pemotongan Ojol (biaya sewa aplikasi) masih tinggi, tetap saja minim, pendapatannya masih sedikit," kata Koordinator Komunitas Lodaya Kota Bogor, Fetty kepada wartawan, Kamis (8/9). Selama ini, dijelaskannya, biaya sewa aplikasi yang dibebankan kepada pengemudi Ojol itu berada di angka 20 persen. Namun, fakta di lapangan, jumlah itu bisa melebihi dari angka yang sudah ditetapkan. "Saya sempat nanya ke penumpang, ketika penumpang bayar Rp14 ribu, kita dapatnya cuma Rp8 ribu, sisanya dipotong biaya sewa aplikasi," ucapnya. "Sementara, secara aturan harusnya itu kan potongannya 20 persen. Kalau cuma nerima Rp8 ribu itu kan jauh dari 20 persen," sambung dia. Untuk itu, dirinya meminta agar dalam rencana perubahan tarif Ojol ini, biaya sewa aplikasi juga turut dirubah. Sebab, berdasarkan informasi yang di dapatnya, bahwa kenaikan tarif ini hanya akan berlaku kepada pengguna atau penumpang saja. "Kita harapkan potongan dari pihak aplikator jangan besar. (Kalau masih sama dengan harga BBM yang naik) bikin kita sebagai mitra semakin kecekek," ujarnya. Sementara itu, pengemudi Ojol lainnya, Dian mengaku keberatan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi ini. Karena, di tengah belum pulihnya kondisi penumpang yang di dapat setiap hari, dirinya khawatir kenaikan BBM ini berpengaruh terhadap jumlah penumpang yang menggunakan aplikasi Ojol. "Orderan saat ini aja lagi susah dan belum normal. Apalagi setelah BBM naik, makin susah juga," katanya. "(Sehari) kita dapat 10 (penumpang) itu udah bagus. Tapi itu susah dan jarang. Semuanya, entah itu aplikator Grab maupun Gojek, sama semua," tandasnya. (rez)