METROPOLITAN.id – Lewat program Dosen Mengabdi Pulang Kampung, sejumlah dosen Sekolah Vokasi IPB University mengadakan pelatihan urban farming. Urban farming ini diusulkan Henny Rusmiyati bersama tim yang merupakan putra daerah Desa Buduan Suboh, Situbondo, Jawa Timur. Urban Farming atau pertanian perkotaan merupakan praktik usaha pertanian di wilayah perkotaan dengan memanfaatkan lahan terbatas yang tersedia. Alih fungsi lahan yang semakin tak terkontrol menyebabkan desa-desa terutama desa di sekitar wilayah pantura mulai kehilangan area terbuka hijau secara signifikan. Masyarakat desa yang telah mengenal teknologi juga mulai kehilangan jiwa untuk bertani dan bercocok tanam.
-
Peserta pelatihan urban farming dengan menggunakan Hydrogel foto bersama dosen Sekolah Vokasi IPB. (Foto. Dok Pribadi) Masyarakat Desa Buduan yang bermukim di sepanjang jalan lintas kabupaten dan provinsi juga terpengaruh dengan hal ini sehingga jumlah hijauan dan pertanaman di areal desa Buduan semakin tahun semakin berkurang. Pernyataan ini diperkuat dengan argumentasi dari Henny Rusmiyati yang menyatakan bahwa Desa Buduan semakin tidak hijau jika dibanding saat dirinya kecil. Budaya bercocok tanam yang identik dengan kotor, dan repot dalam pemeliharaan tanaman membuat masyarakat menjadi enggan untuk bertanam. Dosen Sekolah Vokasi IPB University mengangkat tema Urban Farming dengan menanam menggunakan hydrogel sebagai inovasi yang ditawarkan untuk masyakarat untuk membangkitkan kembali rasa cinta tanaman dan hobi untuk bercocok tanam. Sementara itu, Dosen Teknologi Industri Benih Sekolah Vokasi IPB University, Ulil Azmi Nurlaili Affiah memberikan materi urban farming dengan memanfaatkan hydrogel sebagai media tanam. Pelatihan urban farming dengan menggunakan media tanam hydrogel ini diberikan kepada ibu-ibu PKK dan kelompok pengajian Azzaidah dari Desa Buduan Suboh Situbondo Jawa Timur. “Hidrogel merupakan polimer sejenis karet yang mampu mengikat air hingga 400 kali ukuran aslinya. Kemampuan mengikat air ini yang kemudian dimanfaatkan untuk sistem penanaman,” jelas Ulil. Ia juga mengatakan, sistem penanaman dengan hydrogel ini praktis, tidak kotor dan tidak repot dalam pemeliharaannya. Hal ini disebabkan karena kemampuan mengikat air dari hydrogel yang tinggi membuat tanaman yang ditanam tidak perlu disiram secara rutin. “Kondisi ini cocok dengan kesibukan ibu-ibu di lingkungan Desa Buduan yang sebagian besar pedagang sehingga tidak memiliki banyak waktu luang untuk merawat tanaman,” katanya. Kelebihan lain dari sistem urban farming dengan hydrogel, lanjut Ulil, adalah sisi keindahan yang didapat. Hydrogel dapat diberi pewarna makanan yang berwarna warni sehingga cocok digunakan sebagai menghias ruangan. Pelatihan urban farming yang diberikan memberikan kesempatan kepada anggota PKK dan kelompok pengajian Azzaidah untuk berkreasi dengan melakukan penanaman tanaman hias menggunakan media tanam hydrogel. Ulil menambahkan bahwa hydrogel dapat bertahan hingga 4 bulan tanpa perlu disiram. Apabila hydrogel berbedu atau mengecil dapat dicuci dan direndam dengan menggunakan air hangat dan kemudian digunakan kembali. Hydrogel juga tidak mengandung bahan berbahaya sehingga aman bila terpegang oleh anak-anak. Nutrisi tanaman seperti pupuk cair juga dapat ditambahkan pada media tanam hydrogel. “Tanaman yang dapat ditanam adalah semua jenis tanaman kecuali tanaman berkayu,” katanyam Diakhir pelatihan anggota PKK dan kelompok pengajian dapat membawa kreasi tanaman yang telah dilakukan untuk dirawat di kediaman masing-masing. “Kami berharap dengan adanya pelatihan ini kecintaan masyarakat desa Buduan Suboh Situbondo untuk bercocok tanam kembali tumbuh dan memiliki inisiatif untuk menanam berbagai jenis tanaman lain,” ujarnya. Selain materi urban farming, pada kesempatan tersebut juga disampaikan materi mengenai digital marketing oleh Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis, Doni Sahat Tua Manalu. Ia menyampaikan kepada peserta yang hadir mengenai pemanfaatan media sosial yang dimiliki untuk dapat mempromosikan dan menjual hasil produksi komoditas yang dibudidayakan dengan metode urban farming tersebut. “Secara sederhana kita dapat membuat konten dan menggunakan media sosial yang dimiliki oleh masing-masing peserta maka pada akhirnya akan dapat menambah pendapatan penduduk sekitar sehingga kesejahteraannya juga meningkat,” ujar Doni. Di tempat yang sama, perangkat desa Buduan Suboh Situbondo, Suci berharap teknologi dan inovasi dari Sekolah Vokasi IPB University dapat terus disosialisasikan dan diterapkan di masyarakat desa Buduan Suboh Situbondo. “Kami sangat senang dan antusias menerima kehadiran Tim Dosen dari Sekolah Vokasi IPB dan semua peserta terlihat menikmati proses pelatihan yang diberikan,” katanya. Di akhir acara Harries Maritasari, menutup dengan harapan semua pelatihan dan teknologi yang diperkenalkan serta di terapkan dapat membantu Desa Buduan Suboh Situbondo semakin berkembang serta kesejahteraannya meningkat di waktu yang akan datang.(*/Els)