Minggu, 26 Maret 2023

Kenali Penyebab Aritmia, Berapa Detak Jantung yang Normal?

- Jumat, 3 Februari 2023 | 19:34 WIB
Ilustrasi gangguan irama jantung (pixabay)
Ilustrasi gangguan irama jantung (pixabay)


METROPOLITAN.id – Gangguan irama jantung biasa disebut aritmia. Keluhannya mulai dari malaise hingga pingsan terjadi karena jantung terus berdetak tidak normal.

Jadi apa itu detak jantung normal? Apa saja gejala aritmia?

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Subspesialis Intervensi Elektrofisiologis (konsultan aritmia) di Heartology Cardiovascular Center, dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP(K), mengatakan, gangguan fungsi irama jantung diakibatkan aktivitas listrik jantung yang abnormal. Inilah yang disebut aritmia.

“Yaitu suatu kondisi ketika detak jantung tidak teratur, lebih cepat, atau lebih lambat dari yang seharusnya,” katanya kepada wartawan, Senin (30/1).

Menurutnya, pada kondisi istirahat, detak jantung normal berkisar antara 60-100 x/menit. Jika detak jantung super cepat, kata dia, kondisi itu bisa fatal. “Jika super cepat bisa meninggal mendadak,” jelas dr. Sunu.

Detak yang tak teratur kecil risikonya berujung kematian, tetapi 5 kali berisiko memicu stroke. Sebaliknya, jika terlalu lambat, maka seseorang akan pusing hingga pingsan.

“Kalau detak hanya 40-50 keliengan. Lebih lambat lagi hisa pingsan. Bisa lebih lambat ya kolaps,” ungkapnya

Keluhan yang sering dirasakan pasien dengan gangguan aritmia sangat beragam, misalnya rasa berdebar-debar, dada tidak nyaman, sesak napas, cepat capai, ataupun kliyengan atau sempoyongan.

Pada kondisi yang lebih berat, gejala bisa berupa stroke, pingsan, bahkan kematian mendadak.

“Ada banyak kasus aritmia yang kami tangani, baik pasien usia muda maupun lanjut usia, baik laki-laki maupun perempuan. Pasien usia muda sering datang dengan keluhan rasa berdebar-debar atau rasa tidak nyaman di dada, yang muncul secara tiba-tiba. Oleh karena kemunculannya yang tiba-tiba, deteksinya sering tidak mudah,” ujarnya.

Deteksi dan Pengobatan

Selain perekaman jantung menggunakan elektrokardiografi (EKG), kadang diperlukan perekaman kontinyu selama beberapa hari supaya mampu mendeteksi gangguan aritmia yang diderita oleh seorang pasien dengan alat Holter Monitor.

Salah satu contoh kasus, gangguan aritmia terjadi pada seorang laki-laki muda usia 30 tahun.

Keluhan berdebar dirasakan sudah sejak setahun yang lalu, namun saat melakukan rekaman EKG sering ditemukan normal.

Perekaman irama jantung secara kontinyu selama 24 jam berhasil mendeteksi adanya aritmia yang berupa denyut ekstra sebanyak hampir 25 persen dari keseluruhan denyut jantungnya.

Halaman:

Editor: Noviati Fajar Anugrah

Sumber: Jawa Pos

Tags

Terkini

X