Kamis, 5 Oktober 2023

Terus Merugi, Pedagang Jadi ‘Tumbal’ Pembangunan Jembatan Otista

- Senin, 5 Juni 2023 | 16:00 WIB
SEPI: Toko-toko di sepanjang Jalan Otista, Kota Bogor, banyak yang tutup akibat kehilangan pengunjung dampak penutupan Jembatan Otista. (Metropolitan)
SEPI: Toko-toko di sepanjang Jalan Otista, Kota Bogor, banyak yang tutup akibat kehilangan pengunjung dampak penutupan Jembatan Otista. (Metropolitan)

METROPOLITAN.ID - Apakah akan jadi kota mati di tengah Kota Bogor sampai Desember nanti? Pertanyaan itu masih terus membayangi nasib pemilik usaha yang terdampak penutupan Jalan Otista. Sejak Jembatan Otista dibangun, geliat ekonomi di sepanjang jalan protokol itu otomatis meredup.

M Iqbal, pemilik restoran Bebeke Om Aris Cabang Bogor, salah satunya. Lewat sebuah posting-an video, Iqbal mencurahkan isi hatinya soal nasib usahanya yang di ujung tanduk.

Iqbal dan pemilik usaha lainnya di sana dipaksa mengikuti kebijakan pemerintah daerah (pemda) yang dianggap merugikan. Bayangkan saja. Jalan Otista yang biasa padat dilalui kendaraan, kini menjadi sepi sejak pembangunan Jembatan Otista dimulai.

Akibatnya, pemilik usaha harus kehilangan omzetnya hingga 70 persen lantaran jumlah pengunjung yang merosot.

"Kondisi ini sangat memprihatinkan bagi kami pelaku usaha di deretan Otista. Apalagi yang terdekat dengan jembatan, sehingga sangat terasa dampaknya," ungkap Iqbal.

"Orang-orang nggak tahu akses. Yang sudah tahu, tidak mau karena jauh, macet. (Jadinya, red) Pembeli malas datang ke sini," sambungnya.

Padahal, sebelum adanya penutupan jalan, tempat usahanya selalu full diramaikan pelanggan. Tetapi, hal itu berbanding terbalik setelah penutupan jalan diberlakukan.

"Padahal sebelum penutupan jalan, selalu full, ramai pelanggan. Ternyata setelah penutupan jalan, kita turun pendapatan sampai 70 persen," keluhnya.

Iqbal tak menampik adanya upaya pemerintah yang mengubah rekayasa lalu lintas dari semula Sistem Satu Arah (SSA) Kota Bogor menjadi dua arah. Namun, rekayasa itu belum cukup mengembalikan omzet yang hilang.

“Memang ada kenaikan 20 persen. Tapi tetap saja kami masih rugi omzet 50 persen,” ungkapnya.

Ia pun mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Bogor. Tujuannya untuk meminta kompensasi agar para pengusaha yang terdampak pembangunan Jembatan Otista dapat tetap survive.

Tetapi, jawaban yang diberikan tidak sesuai ekspektasi. Sehingga, pihaknya memutuskan membuat video sebagai bentuk kekecewaan terhadap Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.

"Jawabannya nggak bisa bantu apa-apa. Akhirnya saya bikin video sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemkot yang angkat tangan pada proyek yang mereka lakukan," bebernya.

"Kondisi kami sudah setengah leher. Mau nunggu berapa lama lagi. Jangan sampai nunggu bulan-bulan setelahnya kami malah tutup karena nggak bisa menghidupi puluhan karyawan kami," ucap Iqbal.

Halaman:

Editor: Hilman Septian Eka Chandra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Dedi Mulyadi Sebut Sunda Itu Sosialis Tapi…

Sabtu, 30 September 2023 | 08:42 WIB

Rumah Dinas Mentan Syahrul Yasin Limpo Digeledah KPK

Jumat, 29 September 2023 | 10:25 WIB
X