Nancy, Si Cantik Pengusaha Batik (HABIS)
METROPOLITAN.ID - Bukan hal mudah bagi Nancy Margried untuk membangun usahanya. Berbagai rintangan ia hadapi. Namun dengan semangat dan kerja keras, wanita cantik ini akhirnya bisa melewatinya. Awalnya ia tak mendapat sambutan yang diharapkan. Apalagi kala itu semangat kewirausahaan belum seperti sekarang. Ada yang mendukung, banyak pula yang hanya bicara. Menurut dia, perajin batik sebenarnya senang dan ingin dibantu. Hanya mereka dihadapkan pada akses teknologi. Sebab untuk menerapkan batik Fractal dalam bisnis sehari-hari dibutuhkan kemampuan mengoperasikan komputer yang tak semua pembatik memilikinya. ”Ada juga pembatik yang tertarik dengan JBatik namun malas belajar,” ujarnya. Tapi, kata Nancy, ada juga yang menolak batik Fractal karena dinilai akan menodai nilai luhur batik sebagai warisan budaya bangsa. Nancy menceritakan, ia pernah dimarahi juragan batik tradisional ketika menjadi pembicara di sebuah pelatihan. Ia bahkan dituduh menumpang ketenaran batik Indonesia dan JBatik yang dikembangkannya dinilai akan melibas batik tradisional. Nancy juga pernah dimarahi seorang perancang terkenal karena dinilai merusak nilai luhur batik Indonesia. Semua ini tak membuat Nancy mundur. Dengan sabar, perempuan yang dipercaya menjadi CEO di Piksel Indonesia menjelaskan manfaat perangkat lunak yang dikembangkannya. ”Senangnya, banyak juga yang sadar manfaat JBatik dan berkonsultasi. Selain lewat pelatihan, software ini juga bisa dimiliki dengan harga miring,” ujarnya. Semua rintangan itu dilaluinya. Kini ada sekitar 1.600 perajin batik yang memanfaatkan JBatik untuk mengembangkan usaha mereka. Dengan JBatik, perajin batik tak hanya terbantu dalam pengembangan motif, tetapi juga jaringan pemasaran. Nancy mengaku apa yang dikerjakannya selama delapan tahun terakhir masih jauh dari mimpinya. Ia berharap bisa makin disempurnakan sehingga penggunanya terus bertambah. (su/er/wan)