Tubuh Siti Fatimah, warga Gunungsari, Citeureup, hanya sanggup tergolek di kasur busanya yang telah menipis. Syifa, panggilannya. Kondisinya kian memburuk dengan tangan dan kaki yang terus mengecil. Sedangkan kepalanya terlihat membesar jauh dari kondisi normal.
Syifa sudah tak punya orang tua lagi. Sehari-hari ia tinggal bersama dua saudara lelakinya. Sebab, ayah ibunya sudah lama meninggal. "Syifa pengin cepat sembuh dan ingin sekolah lagi,” kata Syifa dengan tatapan sendu penuh harap.
Riswan (26), kakak korban, dengan bahasa terbata-bata mengaku tak lagi memiliki orang tua. Sedangkan adiknya sejak kecil telah jatuh sakit. "Sudah dari kecil Syifa ditinggal kedua orang tua. Kondisi sakitnya sudah dari kecil. Kami merawat apa adanya sesuai kemampuan saja. Kami orang miskin,” singkatnya.
Selama ini, lanjut Riswan, adiknya lebih banyak dititip ke tetangga. Sebab, selama ini ia pun harus kerja banting tulang. "Untuk sehari-hari, kami mengandalkan bantuan. Kalau Syifa, makan seadanya, apa lah. Kalau perawatan juga seadanya. Mau gimana lagi, saya cuma minta adik saya diobati,” ungkapnya.
Sementara Kepala Desa (Kades) Gunungsari Hendra membenarkan soal kondisi Syifa. Selama ini ia mengaku telah berusaha menolong Syifa dengan bantuan desa. "Untuk pengobatan, sudah kami berikan secara maksimal. Semua sudah kita bantu. Tetapi untuk rutinitas setiap hari, makan minum dan lainnya, kami belum bisa membantu penuh. Itulah yang kami butuhkan,” terangnya, kemarin.
Selama ini, bantuan ada namun bersifat terputus. Ia mengatakan, selama ini Syifa hanya dirawat seadanya. Sebab, kakak Syifa juga bukan berasal dari keluarga mampu.
“Saya berharap banyak pemerintah lebih peduli terhadap Syifa. Dari kami pihak desa terus memberikan bantuan. Tapi jika pemerintah diam, kami juga tetap tidak berdaya. Kami butuh uluran tangan pemerintah untuk warga kami, khususnya Syifa,” pungkasnya.
(tri/b/feb/run)
