Penerapan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau belajar secara daring bukan hanya dikeluhkan warga pelajar bogor yang tinggal di wilayah pinggiran. Nyatanya, seorang siswa SMP asal Kota Bogor merasakan hal serupa. IA adalah Hari Laksono. Siswa Kelas 9 SMPN 10 Kota Bogor itu sudah lima bulan tidak mengikuti kegiatan belajar secara daring akibat tidak memiliki handphone (hp) lantaran keterbatasan ekonomi. Hari tak patah semangat. Ia berinisiatif menumpang belajar kepada salah satu temannya agar tak begitu jauh tertinggal pelajaran. ”Bapak sama ibu nggak punya hp, jadi saya numpang ke rumah teman. Seminggu dua kali, hanya untuk menanyakan tugas saja,” kata Hari saat ditemui di kediamannya di Kampung Buni Asih, Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, kemarin. Hari mengaku tidak mau membebani orang tuanya yang hanya berprofesi sebagai buruh harian lepas. Meski ia mengakui bahwa lima bulan ini dirinya harus tertinggal pelajaran. “Kalau dibilang sulit ya pasti kesulitan. Apalagi saat ini saya sedang mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS). Kalau boleh jujur sih enakan sekolah langsung sih, bisa ketemu teman. Terus juga belajar langsung. Kalau begini sih repot sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi,” ujar Hari. Kondisi Hari pun akhirnya sampai ke telinga Wali Kota Bogor Bima Arya saat sidak ke beberapa sekolah di Kota Bogor. Mendengar kondisi Hari yang tidak bisa mengikuti PJJ, Bima langsung menemui Hari dan keluarganya yang tinggal di Kampung Buni Asih, kemarin. Kedatangan Bima Arya disambut orang tua Hari, Suyono dan Atikah. Kepada Bima, Suyono mengaku tidak memiliki gawai atau hp untuk dirinya ataupun anaknya. Selama lima bulan, ia hanya bisa membantu anaknya dengan tetap mengumpulkan tugas-tugas anaknya ke sekolah. ”Pas awal-awal kan diminta sama guru untuk masuk grup. Nah, saya bingung grup yang mana, orang hp saja nggak punya,” kata Suyono seraya menjelaskan tak hanya Hari anak sulungnya, Agung Prasetyo yang merupakan siswa kelas X di SMK PUI juga mengalami nasib sama. Melihat kondisi keluarga Suyono dan Atikah, Bima Arya pun mengaku saat ini Pemkot Bogor tengah mencoba mencari solusi agar anak-anak seperti Agung dan Hari bisa tetap bersekolah. Salah satu langkah yang akan diambil Pemkot Bogor adalah dengan mengubah sistem bantuan Jaga Asa, yang tadinya menyasar keluarga tidak mampu dengan memberi bantuan sembako akan menjadi bantuan gawai untuk para siswa tidak mampu. Sebab berdasarkan perhitungan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, ada sekitar 30 persen siswa tidak mampu yang tidak memiliki gawai di Kota Bogor. ”Kita akan mobilisasi kepedulian warga untuk membantu penyediaan hp. Jaga Asa yang tadinya untuk ortu asuh, kita akan konsentrasikan untuk sektor pendidikan,” kata Bima. (dil/c/rez/run)