Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, jadi salah satu lokasi yang dipilih warga korban gempa Cianjur. Sejak gempa Cianjur terjadi pada Senin (21/11), ada ratusan korban gempa yang memilih meninggalkan kampungnya yang luluh lantak dan menetap di wilayah Puncak. TAK sedikit dari mereka yang masih mengalami trauma akibat guncangan gempa. Bukan hanya fisik, tapi psikis para korban juga ikut terkena. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor Mustakim mengatakan, kebanyakan korban gempa masih merasa cemas, bahkan mengalami insomnia. “Secara umum, kondisi mereka baik. Tapi banyak yang masih mengalami trauma, cemas, dan sulit tidur,” katanya seperti dilansir Radar Bogor, Senin (28/11). Sementara itu, untuk bantuan bagi korban gempa Cianjur yang eksodus ke kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, dan sekitarnya, sudah tersalurkan sejak pekan lalu. “Bantuan logistik juga vitamin sudah kita serahkan,” ujarnya. Sedangkan, untuk bantuan obat-obatan dan pengobatan para korban gempa Cianjur yang eksodus ke kawasan Puncak diberikan puskesmas setempat. “Jadi puskesmas yang mengoordinasi. Alhamdulillah, semua sudah tertangani,” paparnya. Kepala Desa Batulayang Iwan Setiawan memaparkan, ada tambahan lima warga Cianjur yang kini kembali datang ke Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. “Kemarin kan 31 warga korban gempa. Hari ini ada tambahan lima warga lagi di Desa Batulayang,” katanya, Senin (28/11). Iwan mengaku saat ini para korban gempa yang eksodus ke Desa Batulayang tersebar di sejumlah kampung. Mereka tinggal di rumah-rumah warga. “Mereka tinggal di rumah-rumah warga yang merupakan sanak saudaranya,” paparnya. Menurut Iwan, kebanyakan korban yang eksodus berasal dari wilayah Cugenang. “Mereka dari Desa Sukamulya, Desa Sarampad, Desa Cibulakan Cugenang. Juga ada dari Rancagoong, Cilaku, dan Rawacina Nagrak,” tuturnya. Adapun total korban Cianjur yang eksodus ke kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, hingga pukul 11:00 WIB sebanyak 177 jiwa. Camat Cisarua Ivan Pramudya membenarkan soal banyaknya korban gempa yang pindah mengungsi di wilayah Cisarua. Mereka tersebar di empat desa, di antaranya, Desa Tugu Selatan, Desa Citeko, Desa Jogjogan, dan Desa Batulayang. “Paling banyak di Desa Tugu Selatan ada 95 jiwa, kedua ada di Desa Batulayang sebanyak 36 jiwa. Ketiga Desa Jogjogan ada 31 jiwa. Dan paling sedikit di Desa Citeko ada sepuluh jiwa,” terangnya. Sementara itu, Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur telah menyiapkan tiga lokasi relokasi bagi warga terdampak gempa bumi. “Kami sudah ada di daerah Sirnagalih. Sekarang sedang mencari dua lokasi lagi untuk relokasi. Itu di daerah Mande dan Pacet, dan Cipanas,” kata Herman Suherman di Pendapa Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat, Senin (28/11). Untuk lokasi relokasi di daerah Sirnagalih, luas lahannya mencapai 2,5 hektare. Sedangkan, yang di daerah Mande luasnya mencapai 4 hektare dan untuk di daerah Pacet 10 hektare. Herman mengatakan, keputusan pasti untuk persetujuan penggunaan ketiga daerah relokasi tersebut harus menunggu persetujuan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Pertanahan Nasional (BPN), dan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMB). Pihaknya berharap bangunan yang didirikan di lokasi relokasi sudah bisa ditempati warga pada akhir Desember 2022. Ia menuturkan, rumah yang dibangun di lahan relokasi tersebut peruntukannya bagi warga Kabupaten Cianjur yang selama ini tinggal di daerah rawan bencana. “Jadi itu untuk warga yang berada di daerah rawan bencana, daerahnya mana saja, itu sedang di asesmen. Contohnya yang kemarin di Cugenang, Cijedil, itu akan kita relokasikan,” katanya. Pada Senin ini merupakan hari pertama Herman Suherman memegang kendali penuh pelaksanaan tugas di lapangan untuk penanganan gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, termasuk pencarian dan pertolongan korban serta pengungsi. “Walaupun hari ini saya ambil kendali, tapi tetap masih dibimbing. Masih didampingi BMKG. Sambil belajar tetap dibimbing. Tetap kami akan fokus walaupun sebenarnya kemarin tetap fokus juga. Cuma kendali ada di pusat. Tapi sekarang ada di kami,” ujarnya. Di hari pertama memegang kendali, bupati Cianjur membuat surat keputusan terkait penanggulangan pascagempa bumi oleh pihaknya. “Tadi kami buat SK dan juga nanti rapat konferensi pers oleh forkopimda. Kami libatkan pak kapolres, pak dandim, pak kajari, termasuk ketua DPRD kita libatkan di dalam,” imbuhnya. Terkait operasi pencarian korban gempa Cianjur, Badan SAR Nasional memperpanjang masa pencarian selama tiga hari atau dari 28 hingga 30 November 2022. Koordinator Misi Pencarian Basarnas, Jumaril, melalui keterangan tertulis di Cianjur, Jawa Barat, Senin, menuturkan bahwa pencarian dipusatkan pada tiga lokasi. “Hari ini tim masih melaksanakan pencarian terhadap sebelas korban dengan tiga worksite (lokasi kerja, red) seperti hari sebelumnya,” kata Jumaril. Jumaril menjelaskan lokasi pertama di Warung Sate Sinta melibatkan 176 personel, lima regu anjing pelacak, dan empat personel pendeteksi kehidupan (life detector). Kemudian lokasi kedua di Desa Cijedil, RT 03/01, Kecamatan Cugenang, dengan 134 personel, empat tim anjing pelacak, dan empat personel life detector. Lokasi ketiga di Kampung Cicadas, Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, dengan 62 personel, dua tim anjing pelacak, dan empat personel life detector. (rb/jp/feb/run)