METROPOLITAN.ID - Harga iPhone global diprediksi akan mengalami lonjakan drastis, setidaknya 90 negara akibat kebijakan tarif dagang baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Apple sendiri diketahui memperoleh hampir separuh pendapatannya dari penjualan iPhone, dan mayoritas perangkat tersebut dirakit di Tiongkok.
Dengan adanya kebijakan tarif dagang baru, biaya produksi dan distribusi iPhone diprediksi akan melonjak tajam dan tentu saja ini akan dibebankan kepada konsumen.
Awalnya, tarif ini direncanakan mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025. Namun, penerapannya ditangguhkan selama 90 hari, kecuali untuk pungutan terhadap barang-barang asal Tiongkok, yang tetap diberlakukan.
Meski penundaan terjadi, ancaman kenaikan harga tetap mengintai lebih dari 90 negara yang menjadi pasar utama Apple.
Menurut laporan UBS Investment Research pada 9 April, iPhone 16 Pro Max 256 GB yang saat ini dijual sekitar Rp16 jutaan, bisa melonjak hingga Rp30 jutaan jika tarif terhadap produk asal Tiongkok diterapkan penuh.
Baca Juga: Kevin Diks Cedera Saat Bela FC Copenhagen, Timnas Indonesia Waswas
Bahkan lebih ekstrem lagi, jika Apple terpaksa memindahkan proses perakitan ke Amerika Serikat, harga perangkat yang sama diprediksi bisa tembus hingga Rp60 juta per unit, karena tingginya biaya tenaga kerja dan logistik di AS.
Tak hanya itu, iPhone 16 Pro 128 GB yang dirakit di India pun tak luput dari potensi kenaikan.
Dari harga saat ini yang berada di kisaran Rp15 jutaan, diprediksi dapat naik hingga Rp17 jutaan.
Kebijakan tarif baru ini merupakan kelanjutan dari strategi dagang "America First" yang selama ini diusung oleh Donald Trump.
Jika tarif dagang baru ini resmi diberlakukan sepenuhnya, maka para pecinta Apple harus siap menghadapi kenyataan pahit, harga iPhone bakal melambung tinggi.