Sebagai akibatnya, beberapa indeks utama di AS mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,56 persen, S&P 500 menguat 1,81 persen, dan Nasdaq Composite meningkat 2,0 persen.
Penguatan ini memberikan optimisme bagi pasar saham global, termasuk Indonesia. Meskipun demikian, ketidakpastian di pasar domestik masih cukup terasa, mengingat volatilitas tinggi yang terjadi sepanjang perdagangan hari ini.
Dampak Perang Dagang AS-China dan Fluktuasi Pasar Asia
Meskipun IHSG mencoba untuk bergerak di zona hijau, pengaruh ketegangan perdagangan global yang melibatkan AS dan China turut memberi dampak signifikan terhadap pasar Asia.
Pasar saham di kawasan Asia Pasifik kembali melanjutkan aksi jual, dipicu oleh kekhawatiran mengenai dampak perang dagang yang kian intensif.
Seperti yang terjadi pada Jumat, 11 April 2025, berbagai indeks utama di Asia Pasifik mencatatkan penurunan tajam. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 2,96 persen, sedangkan Topix melemah 2,85 persen.
Baca Juga: Drama Ridwan Kamil - Lisa Mariana : Diminta Bikin Video Syur dengan Bayaran Rp50 Juta
Selain itu, indeks S&P/ASX 200 Australia juga tercatat turun sebesar 0,82 persen, sementara Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,50 persen.
Meskipun demikian, ada beberapa bursa saham di Asia yang berhasil mencatatkan penguatan, seperti Kosdaq yang naik 2,02 persen dan Hang Seng di Hong Kong yang menguat 1,13 persen.
Ketegangan antara AS dan China semakin memanas setelah China membalas kenaikan tarif yang dilakukan oleh AS dengan tarif efektif sebesar 145 persen.
Hal ini memicu sentimen penghindaran risiko di kalangan investor, yang mengarah pada fluktuasi pasar yang tajam, baik di pasar saham AS maupun di Asia Pasifik.
Pengaruh kebijakan ini, ditambah dengan adanya ketegangan di pasar global, semakin memperburuk ekspektasi inflasi konsumen AS yang kini tercatat pada level tertinggi sejak 1981.