METROPOLITAN – Keputusan menjadi pebisnis di usia belia bukan hal mudah bagi Dian Almira. Sempat bekerja dibeberpa perusahaan membuat perempuan berusia 28 tahun ini jengah. Hingga akhirnya memutuskan membangun bisnis sendiri dengan membuka kafe di Jalan Ahmad Yani, Tanahsareal, Kota Bogor. Lulusan Komunikasi Universitas Sahid Jakarta ini butuh waktu delapan bulan untuk memantapkan hati menjadi pengusaha kuliner. Sebelumnya, ia sudah berpindah-pindah dari perusahaan ke perusahaan lainnya. “Semenjak lulus S1 di tahun 2012 saya masih nyari jati diri sambil coba-coba kerja dan sekolah lagi. Perjalanan karir yang cukup panjang itu membuat saya berfikir banyak untuk karir saya ke depannya,” jelas penyuka travelling ini. Saat bekerja disejumlah perusahaan, Almira dituntut target yang membuatnya berfikir menciptakan target untuk dirinya sendiri. Dengan berbekal tabungan dan dukungan orang tua, ia membuka kafe yang diberi nama Homer Bar and Kitchen pada Maret 2018 lalu. Perempuan yang sempat kuliah jurusan Fashion Designer di Laskar College International ini memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi mengenalkan kafenya. Meski masih empat bulan beroperasi, Homer Bar and Kitchen sudah memiliki banyak pelanggan setia. Mulai dari remaja hingga dewasa pun betah berlama-lama nongkrong di kafe tersebut. “Pengalaman bekerja jadi agen asuransi membuat saya berfikir kenapa nggak bikin target untuk diri sendiri saja. Setelah target terpenuhi pun keuntungannya untuk saya juga. Akhirnya saya memantapkan hati untuk membuka usaha kafe,” katanya kepada Metropolitan. Sebagai pebisnis, Almira pun terus memutar otak dan menghabiskan banyak waktu untuk membesarkan kafe barunya tersebut. Berbagai cara ia lakukan mulai dari promosi, pelayanan hingga memperhatikan cita rasa makanan. “Saya terus gencar melakukan promosi untuk mengenalkan kafe baru ini mulai dari nol. Dengan memberikan kenyamanan dan membuat menu-menu yang menarik namun, memiliki cita rasa yang terbaik untuk semua pelanggan Homer,” kata dia. Naik turunnya usaha yang digeluti di bidang kuliner, tak membuat Almira menyerah ia terus melakukan perbaikan produk dan tempatnya. “Kemarin pas puasa sempet ngalamin penurunan. Dalam satu bulan hanya mendapatkan pemasukan di bawah Rp1 juta. Tapi dari situ bikin saya terus berfikir dan terus melakukan perbaikan, mulai dari makanannya, tempatnya bahkan musik yang diputar pun kita terus koreksi dan cari permasalahannya dimana,” pungkasnya. (cr1/b/els)