bisnis

Warga Bodetabek ogah Beli Apartemen

Rabu, 11 September 2019 | 11:09 WIB

METROPOLITAN – Permin­taan properti rumah tapak dinilai lebih diminati dari­pada permintaan properti hunian vertikal atau apartemen di wilayah Bogor, Depok, Tang­erang dan Bekasi (Bodetabek). Hal ini terpengaruh perban­dingan harga beli yang bersaing antara kedua properti tersebut.

CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, men­gatakan, tinggal di apartemen belum menjadi pilihan utama bagi konsumen. Harga apar­temen rata-rata di wilayah kota penyangga terbilang masih tinggi dibandingkan harga rumah di wilayah ter­sebut yang notabene masih memiliki lahan yang cukup. ”Konsumen akan memilih apartemen apabila harganya diperkirakan sepertiga dari harga beli rumah,” tuturnya.

Berdasarkan catatan IPW, kebutuhan jenis properti yang terintegrasi dengan pusat transportasi umum atau Transit Oriented Development (TOD) menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat perkotaan. Namun, harga apartemen yang ditawarkan pengembang di kota penyang­ga yang berkisar Rp500 jutaan hanya untuk tipe studio ter­kecil.

Hal ini menjadi perban­dingan yang bersaing dengan harga jual rumah tapak dengan nilai jual rata-rata mulai Rp300 jutaan di wilayah tersebut. ”Semakin mahalnya apartemen yang ditawarkan pengembang di kota penyangga, maka tu­juan untuk mengurangi back­log (kekurangan pasok, red) semakin menjauh,” tutur Ali.

Ali menuturkan, hal ini ber­beda dengan dua tahun atau tiga tahun lalu saat harga apar­temen di TOD masih ditawar­kan dengan harga Rp250 ju­taan—Rp300 jutaan dan pasar merespons dengan cukup baik. ”Pasar pembeli end-user tidak mampu lagi untuk menjangkau harga tersebut dan tergantikan dengan pasar investor yang membeli apartemen tersebut untuk kemudian disewakan lagi kepada para penyewa,” tuturnya. (bis/els/py)

Tags

Terkini

Update Harga Perak Hari Ini Minggu 21 Desember 2025

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:06 WIB