METROPOLITAN - Mateus mengaku membutuhkan batu apung, kawat, campuran dempul, fiber hingga krim kimia khusus untuk membuat beragam cinderamata. Ada gantungan kunci, kalung, asbak, sabuk, korek, miniatur ring hingga asbak yang dibuatnya. Dalam satu hari, ia berhasil membuat puluhan gantungan kunci bermodelkan sarung tinju. Lalu dipasarkan ke seluruh pelosok tanah air. Untuk membuat satu jenis karya seni memerlukan tujuh tahapan yang harus dilalui. Mulai dari mencampurkan bahan hingga proses pengecatan. ”Ada tujuh langkah yang mesti dilalui. Pertama mencampurkan semua bahan, masukan dalam cetakan selama lima menit, menghaluskan bahan, hingga proses pewarnaan,” tuturnya kepada Metropolitan, kemarin. Hasil karya Mateus laris sebanyak 500 hingga 600 pieces jika ada momen pesta olahraga baik lokal mapun nasional. Tak hanya memasarkan di Indonesia, ia juga menjualnya ke luar negeri. Hal tersebut dibuktikan dengan keikutsertaan Mateus dalam Asian Games 2018 Jakarta Palembang pada Agustus silam. Saat itu ia menjadi salah satu penjual tersukses. Mateus mengatakan, kecintaanya terhadap dunia cinderamata sarung tinju, berawal dari keisengannya membuat dua sarung tinju dari kayu pada September 1999 silam. Dua miniatur sarung tinju dari kayu yang dibuatnya sempat hilang dicuri orang lantaran bentuknya unik dan menarik. ”Awalnya sih iseng bikin dari kayu untuk gantungan kunci pribadi. Eh hilang diambil orang,” ungkapnya. (ogi/b/els)