METROPOLITAN - Peluang pasar ekspor beras premium sangat besar dan sangat memungkinkan untuk terus ditingkatkan. Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh upaya pengembangan produksi mulai dari sisi budi daya sampai akses pasar. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menyebut saat ini waktunya beras Indonesia berbicara di luar negeri. “Produksi padi saat ini surplus. Karena itu, opsi ekspor merupakan solusi terbaik. Capaian ini diharapkan bisa menjadi penyemangat pelaku usaha pertanian. Arahan Bapak Mentan SYL untuk kita menggenjot ekspor,” ujarnya. Melihat peluang ini, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Sang Hyang Seri tengah menjajaki pasar beras komersial dengan kualitas premium tujuan ekspor ke perusahaan Arab Saudi, Battlah Cooperation for Operation and Maintenance. Direktur PT Sang Hyang Seri, Karyawan Gunarso, menyatakan kerja sama ini akan menjadi awal untuk meningkatkan skala kerja sama yang lebih besar antara Indonesia dengan Arab Saudi. Khususnya suplai kebutuhan jemaah haji dan umrah dari Indonesia. “Rencana ekspor ini ditunjang kesiapan area sawah yang dimiliki PT SHS seluas 3.150 hektare dengan potensi produksi gabah 37.800 ton, serta kemitraan dengan produsen beras,” kata Gunarso saat tampil sebagai salah satu narasumber pada Webinar Propaktani Episode 98 dengan Tema Peluang Pasar Ekspor Beras Premium pada Jumat (10/9). Tak hanya sendiri, PT SHS menjajakinya bersama PT Battlah International Trading. Direktur Utama perusahaan tersebut, Indra Riswanto, membeberkan bahwa PT SHS dan Al Batlah sepakat mempelajari profil bisnis dan melakukan studi bersama untuk merealisasikan berbagai kerja sama ekspor produk Indonesia selanjutnya. “Kami berharap dari ekspor beras tersebut berlanjut ke rencana jangka panjang yang membuka peluang ekspor produk-produk pertanian, terutama hortikultura dan berbagai kerja sama investasi dengan para pengusaha Arab Saudi di masa mendatang,“ kata Indra. Hal terpenting dalam ekspor adalah dukungan sistem logistik. Pada kesempatan itu, Direktur Eksekutif DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Budi Wiyono, memberikan rekomendasi dari beberapa aspek seperti pengembangan sistem manajemen keamanan pangan, sistem pelacakan (tracking) komoditas pangan dari lahan ke pasar, penelitian dan pengembangan sistem penyimpanan dan pengolahan teknologi, pengembangan sistem pembiayaan pertanian, dan pasar komoditas. “Kita harus bisa bersinergi dengan baik agar apa yang kita harapkan bisa mencapai sasaran,“ ujar Budi. Dalam upaya meningkatkan akses pasar ini, menurut Suwandi, perbaikan mutu beras menjadi mutlak. “Untuk itu, dukungan sarana panen dan pascapanen untuk perbaikan mutu tersebut menjadi prioritas,” jelasnya. Untuk diketahui, Kementan telah mengeluarkan regulasi tentang Kelas Mutu Beras, meliputi beras premium, medium, dan beras khusus dengan kriteria masing-masing terkait derajat sosohnya, kadar air, broken atau bulir patah untuk melindungi hak konsumen, serta pemantauan dan pengawasan kualitas dan harga. Beras khusus terdiri dari beras ketan, beras merah, beras hitam, beras untuk kesehatan, beras organik, beras Indikasi Geografis seperti beras Cianjur, beras varietas lokal, beras tertentu yang tidak bisa diproduksi dalam negeri. (jp/feb/run)