METROPOLITAN - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor menggelar pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) angkatan ke-2 dan Pelatihan Dai Sebaya sekaligus studium generale ’Budaya dan Perilaku Keagamaan di Indonesia’ di gedung Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Kecamatan Bogor Timur, kemarin. Sekretaris Umum MUI Kota Bogor, Ade Sarmili, mengatakan, PKU yang sudah memasuki angkatan kedua ini diinisiasi sebagai jawaban kebutuhan umat terhadap generasi muda. Kota Bogor dinilai masih jarang orang, terutama generasi milenial, dengan kompetensi bidang keilmuan agama. Sementara dakwah haruslah sesuai konteks dan kontaks. “MUI ingin menjawab keresahan umat dalam penyiapan kader yang siap memberikan pencerahan dan pengayaan materi keumatan, keislaman di masyarakat,” katanya kepada Metropolitan, kemarin. Kedua, sambung dia, pihaknya membaca kebutuhan beberapa orang yang tanggung lantaran kadung disebut kiai atau ustadz, padahal kemampuannya kurang memadai. Akhirnya ketika memberikan pencerahan agama hanya apa adanya dan sekemampuan. Pihaknya ingin PKU menjadi wadah kegiatan diaman umat merasa ada ketika mereka membutuhkan dan memberikan jawaban. Selain itu, pihaknya ingin ada kelangsungan kaderisasi keulamaan Kota Bogor. Ia mencontohkan, ketika ada pejabat meninggal, pasti ada ribuan pengganti yang sudah mengantri. Tapi ketika satu ulama meninggal, terkadang sulit hingga tidak ada yang menggantikan. “Memang waktu pelatihan yang cuma lima bulan melatih untuk paham betul agama ya sulit juga. Tapi kita berikan tools stimulan, pemahaman-pemahaman stimulan, garis besar untuk menjawab persoalan-persoalan yang muncul di tengah umat,” paparnya. PKU juga dihadirkan unutk mempersiapkan jaringan untuk para kader ulama, untuk mereka berhimpun, berbuat dan merasa terwadahi. Sejauh ini, generasi muda relatif tidak terwadahi keterwakilannya, sehingga kegiatan ini menjadi wadah dan memaksimalkan potensi para peserta yang tahun ini berjumlah 60 orang. Hasil seleksi beberapa waktu lalu. Yang berikutnya kita ingin mempersiapkan jaringan. Jaringan di mana yang mereka berhimpun, dimana mereka berbuat dan mereka merasa terwadahi. Sekarang ini kan para generasi muda kita relatif tidak terwadahi keterwakilannya. Maka kita wadahi mereka dalam kegiatan ini. Mudah-mudahan potensi mereka yang minimal itu kita bisa maksimalkan. Materi yang disampaikan tidak jauh beda dengan angkatan sebelumnya, ditambah dengan materi baru sesuai kebutuhan masyarakat hari ini, seperti materi enterpreneurship dan good government atau pemerintahan yang bersih dan baik. Sehingga tidak hanya kuliah mata agama saja, tapi juga menyentuh sisi ke-Indonesiaan dan kebangsaan. Ia pun berharap, para peserta nantinya bisa diterima oleh umat dengan dakwah yang mencerdaskan, dengan materi yang melembutkan hati, serta penampilan yang bisa dibanggakan. Sebab, kata dia, dakwah tidak hanya soal ucapan, tapi juga terkait bagaimana aplikasi dalam keseharian. “Tidak hanya bicara Islam, tapi mengamalkan dengan keislamannya,” tutup Ade Sarmili. (ryn/c/yok)