METROPOLITAN – Kasus penularan virus corona di Indonesia, khususnya Kabupaten Bogor, belum juga surut pasca lebih dari sebulan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Semakin mengkhawatirkan lantaran vaksin dan obat virus tersebut belum muncul. Tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pun menggandeng sejumlah lembaga kedokteran dan tim riset dalam melakukan uji klinis produk herbal Indonesia untuk pasien Covid-19. Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, mengatakan, uji klinis dilakukan pada 90 pasien Covid-19, di mana ada dua produk yakni cordyceps militaris dan kombinasi herbal yang terdiri dari rimpang jahe, meniran, sambiloto dan daun sembung yang diuji. Menurutnya, uji klinis ini menjadi yang pertama bagi pengembangan suplemen dan obat di Indonesia untuk penanganan Covid, karena dipimpin dan dirancang peneliti lokal. ”Kalau berhasil, uji klinis ini akan membuktikan suplemen yang selama ini diproduksi bisa klaim untuk penanganan Covid-19. Potensi jadi produk ekspor unggulan Indonesia,” terangnya. Sementara itu, Koordinator Uji Klinis dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Masteria Yunovilsa Putra, menerangkan, kombinasi herbal yang sedang diuji klinis itu sudah memiliki nomor izin edar. Ada prototipe dan datanya serta sudah memiliki izin edar dari BPOM. Sehingga obat dan suplemen herbal ini diharapkan tak hanya untuk mengobati, namun dapat digunakan sebagai pencegahan untuk Orang dalam Pengawasan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang terindikasi Covid-19. “Diharapkan pada Juli, analisis dan hasil sementara dari uji klinis sudah terlihat,” ujarnya. Ia menambahkan, riset ini telah dilakukan sejak Maret diawali dengan pengkajian ilmiah terhadap beberapa komoditas herbal Indonesia yang diperkirakan memiliki aktivitas imunomodulator. ”Jika nanti tanaman herbal ini lulus uji klinis, ketersediaannya terjamin dan mudah ditemukan di sekitar,” ujar Masteria. Jamu Diburu saat Pandemi Di lain sisi, permintaan jamu untuk pencegahan penularan Covid-19 selama pandemi rupanya cukup tinggi. Himpunan Petani dan Peternak Milenial Indonesia, Saeful Ramadhan, mengatakan, permintaan produk jamu yang dijual sejak dua bulan awal pandemi corona di Kabupaten Bogor terus meningkat. Dalam dua bulan, sekitar 5.000 botol produk jamu tersebar ke konsumen di berbagai wilayah Kabupaten Bogor. Mulai dari Cibinong, Parung, Jasinga, Citeureup hingga Gunungputri. ”Ke Kota Bogor sekitar 100 botol, ke Subang 500 botol dan Tangerang sampai 2.000 botol,” paparnya. Menurutnya, jamu dipercaya menjadi alternatif meningkatkan imun tubuh di tengah ancaman penularan virus corona sekaligus menggugah kesadaran masyarakat modern akan kearifan leluhur dalam menjaga kesehatan bahan alami yang dihasilkan dari bumi sendiri. ”Selain itu, juga untuk mengcounter monopoli dagang produk farmasi berupa vitamin yang harganya sudah tak lagi masuk akal, naik hingga tiga kali lipat dari harga normal,” tutup Epul, sapaan karibnya. (ryn/b/mam/py)