Kota Bogor akhirnya mulai melaksanakan proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, Senin (4/10). Tak kurang dari 200 sekolah tingkat SMP dan SMA/SMK melangsungkan PTM terbatas. WAKIL Wali Kota Bogor Dedie Rachim didampingi Kepala Dinas Pendidikan Hanafi dan Kepala Dinas Kesehatan dr Sri Nowo Retno meninjau langsung pelaksanaan PTM terbatas di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Kota Bogor. “Setelah 1,5 tahun kita menunggu akhirnya hari ini 4 Oktober 2021 Kota Bogor melaksanakan lagi PTM. Ada sekitar 115 setingkat SMA (dan sisanya SMP, red) yang mulai melaksanakan PTM. Lengkapnya nanti pada 11 Oktober,” katanya. Selain itu, F2 pun memberikan catatan pada hari pertama pelaksanaan PTM di Kota Bogor. Paling utama yakni protokol kesehatan (prokes) harus terus diupayakan, dilakukan secara ketat dan sesuai daftar periksa dari Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri. “Saya yakin di rumah anak-anak sudah divaksin, orang tua sudah divaksin, rumah juga Insya Allah aman. (Tapi, red) Masih ada anak yang ke sekolah menggunakan sarana angkutan umum. Jadi harus ada treatment khusus. Jangan sampai rumah steril, sekolah steril, tapi di tengah-tengah ini rawan,” ujar Dedie. Untuk memastikan semua aman, menurut Dedie, harus ada metode khusus yang dikembangkan untuk saling melindungi, mencegah terjadinya penularan saat perjalanan menuju dan kembali sekolah. “Misalnya, anak-anak yang memakai angkutan umum memakai disinfektan chamber. Kemudian dipastikan setiap ruangan ada beberapa petugas yang membawa disinfektan dan melakukan disinfeksi,” lanjutnya. Di sisi lain, ia mencatat, selama pandemi di Kota Bogor hampir 40.000 orang terpapar Covid-19. Hari ini pula ada 55 orang yang masih positif Covid-19, di mana 3 orang di antaranya masih dirawat di RSUD Kota Bogor. “Jadi, risiko dari pembukaan PTM ini harus ditekan semaksimal mungkin supaya tak terjadi lagi paparan-paparan baru. Mohon pada KCD, kepsek dan tim komite sekolah untuk memperhatikan hal seperti ini,” tukasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Hanafi, mengungkapkan, persiapan PTM terbatas sudah dilakukan sejak lama dan tidak sederhana. Upaya terus dilakukan agar PTM terbatas bisa terselenggara dengan persiapan matang. “Untuk gelombang pertama ada 44 SMP dari negeri dan swasta serta ada 27 yang sedang kita verifikasi. Ada pula sekitar 115 setingkat menengah atas. Yang lainnya secara simultan terus berjalan,” kata Hanafi. Kekhawatiran paparan virus dari luar sekolah atau rumah memang perlu diantisipasi. Maka dari itu, siswa dianjurkan tidak menggunakan transportasi umum. “Kenapa kita anjurkan tidak naik angkot? Sebab, perjalanan naik angkot relatif sempit. Khawatir tidak bisa jaga jarak, jadi kalau angkotnya kosong kenapa tidak. Makanya kita menganjurkan sama orang tua itu naik ojek online,” tutup Hanafi. (ryn/eka/py)