METROPOLITAN - Sejumlah budayawan berencana mengontrog kantor Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, dalam waktu dekat. Kedatangan mereka tak lain untuk menyampaikan aspirasi penolakan Kebun Raya Bogor dikelola pihak swasta. “Tokoh-tokoh dan budayawan di Jabar semalam sudah kumpul dan berencana bertemu Ridwan Kamil. Kita ingin menyampaikan terkait penolakan Kebun Raya Bogor dikelola pihak swasta,” kata salah seorang budayawan asal Kota Bogor, Ki Tjetjep Thoriq, usai aksi unjuk rasa di Balai Kota Bogor, Rabu (13/10). “Mudah-mudahan bulan ini bisa ketemu gubernur,” sambungnya. Tak hanya Ridwan Kamil, menurut dia, aspirasi penolakan Kebun Raya Bogor dikelola pihak swasta pun akan disampaikan ke Pemerintah Pusat hingga DPR RI. “Jangan kan ke gubernur, ke pusat sampai DPR RI,” ujarnya. Sebelumnya, sejumlah budayawan kembali menggelar aksi unjuk rasa menolak pengoperasionalan wisata malam GLOW yang rencananya dioperasionalkan pengelola Kebun Raya Bogor bulan ini. Namun aksi unjuk rasa kali ini bukan hanya menolak pengoperasionalan wisata malam GLOW. Para budayawan juga menyampaikan aspirasi penolakan Kebun Raya Bogor dikelola swasta. Adapun aksi unjuk rasa sendiri dilaksanakan di Balai Kota Bogor pada Rabu (13/10). Sedikitnya ada ratusan peserta aksi unjuk rasa terdiri dari unsur budyawan, tokoh masyarakat dan adat, kabuyutan hingga Organisasi Masyarakat (Ormas) yang mengikuti kegiatan ini. “Tuntutannya masih sama, sampai berapa kali pun kita akan lakukan sampai swasta tidak ada lagi mengelola Kebun Raya Bogor,” kata Korlap Aksi, Ki Tjetjep Thoriq, di tengah aksi unjukrasa. “Keluar dari situ kembalikan ke pemerintah karena dengan begitu rakyat bisa gampang masuk,” sambungnya. Menurutnya, bukan tanpa alasan pihaknya menolak Kebun Raya Bogor dikelola pihak swasta. Karena semenjak Kebun Raya Bogor dikelola pihak swasta, rakyat yang biasanya sebelum bulan puasa bisa cucurak di sana saat ini sudah tidak bisa. “Sekarang sudah dikelola swasta harga masuk mahal, bawa makan dari rumah tidak boleh dan makan di sana mahal,” ujarnya. “Kan sayang karena beli di dalam itu mahal, sementara warga Bogor tidak semuanya mampu untuk menjangkaunya, karena dulu hanya bermodal Rp10 ribu warga sudah bisa ke sana dan bawa bekal sendiri,” lanjutnya. Untuk itu, pihaknya meminta Kebun Raya Bogor dikembalikan pada fungsi semestinya. “Bukan hanya GLOW, bentuk apa pun selama swasta yang di dalam itu harus keluar. Komitmen kita semua swasta keluar dari situ,” ingat Ki Tjetjep Thoriq. Menanggapi hal itu, GM Corporate Communication & Security KRB, Zaenal Arifin, menghargai aspirasi yang disampaikan budayawan sebagai orang tua dan sesepuh yang sangat peduli pada Kebun Raya Bogor. Bahkan, pihaknya pun demikian. “Kami sangat menghargai aspirasi yang disampaikan para budayawan. Bahkan kami mengajak langsung para budayawan untuk bersama-sama melihat (ke dalam Kebun Raya Bogor),” singkatnya. (rez/eka/py)