METROPOLITAN- Sebagai bagian dari upaya meningkatkan dan memeratakan kualitas pendidikan nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy akan merotasi para guru dan kepala di sekolah-sekolah favorit setiap empat tahun sesuai Undang-undang Aparatur Sipil Negara. Hal ini selain untuk menghindari kejenuhan dan zona nyaman juga untuk memberikan tantangan dan kreatifitas mereka dalam mengajar.
”Jangan dibiarkan terus terusan di satu sekolah (khususnya sekolah favorit) nanti tidak berkembang kinerjanya. Kepala sekolah juga begitu, setelah berhasil memimpin sekolah yang bagus dipindah ke sekolah yang tidak bagus, biar sekolah yang tidak bagus menjadi bagus,” kata Muhadjir. Secara khusus dia menyoroti kebijakan yang berlaku sekarang ini ketika seorang guru hanya menangani satu mata pelajaran. Akibatnya yang bersangkutan tak dapat memenuhi sertifikasi dan tak kunjung memenuhi target nilai tertentu untuk mendapatkan insentif.
Sebab ada aturan setiap guru minimal harus melakukan tatap muka pengajaran selama 24 jam setiap pekan. Andai seorang guru dapat mengajar 2-3 mata pelajaran, niscaya hal itu akan dengan mudah dipenuhi. Sehingga tak perlu lagi pontang-panting mencari tambahan di tempat lain.
”Mengajar satu mata pelajara itu mungkin agar lebih focus. Tapi idealnya, seorang guru menguasa mata pelajaran serumpun,” ujar Rektor Universitas Muhammadiyah (2000 - 2016) itu. Maksud dari mata pelajaran serumpun, ia mencontohkan, pelajaran kimia dan biologi atau matematika dan fisika. ”Tapi kalau satu guru satu mata pelajara, bila dia cuti melahirkan, misalnya, kan berarti akan terjadi kekosongan, ”terangnya.
Bila kelak pemerataan sarana dan prasaran pendidikan, siswa, dan guru-guru yang kompeten di bidangnya masing-masing, kelak diharapkan tak ada lagi sekolah yang diistimewakan oleh perguruan tinggi tertentu dengan memberikan slot untuk sejumlah siswanya. Sebab idealnya seleksi penerimaan mahasiswa tak semestinya hanya melihat kualitas sekolah tapi prestasi individunya. (de/feb)