METROPOLITAN – Harapan Partai Nasdem agar elektabilitas partainya dapat terkerek usai mengusung Anies Baswedan sebagai capres masih belum terwujud. Dalam survei terbaru, suara Nasdem justru bukannya naik, tapi malah melorot.
Rupanya Anies effect belum dipanen Nasdem. Padahal, usai mengumumkan Anies sebagai capresnya, Nasdem langsung tancap gas.
Bersama Anies, partai besutan Surya Paloh itu rutin melakukan safari politik ke berbagai daerah. Dari daerah Barat Indonesia, yakni Aceh hingga Papua, daerah Timur Indonesia.
Namun, kerja keras Nasdem itu ternyata belum membuahkan hasil positif. Dalam survei terbaru yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Anies effect ternyata belum cukup ampuh mendongkrak suara Nasdem.
Survei SMRC digelar secara tatap muka pada 3 sampai 11 Desember 2022 dengan melibatkan 1.220 responden yang dipilih secara random (stratified multistage random sampling). Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan kurang lebih 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
Hasilnya, elektabilitas Nasdem turun 1,6 persen menjadi 3,2 persen dibanding November sebesar 4,8 persen. Dengan perolehan tersebut, partai yang berkantor pusat di Gondangdia, Jakarta, itu bisa terancam gagal lolos ke Senayan.
Karena sesuai ketentuan, parliamentary threshold (PT) pada Pemilu 2024 adalah 4 persen. Namun, Nasdem tidak sendirian.
Ada dua partai parlemen lainnya dengan perolehan suara paling buncit di survei SMRC. Yakni, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memperoleh 2,9 persen atau turun dari 4,5 persen pada Pemilu 2019.
Kedua, PAN dengan 1,7 persen atau turun dari 6,8 persen. Kenapa belum ada Anies effect ke Nasdem? Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, punya alasannya.
Menurutnya, kegiatan safari politik yang dilakukan Anies memang belum memberikan dampak ke suara Nasdem. ”Kalau ada efek kan mestinya ada kenaikan yang konsisten,” kata Deni dalam rilis survei yang ditayangkan akun YouTube SMRC, kemarin.
Menurutnya, sejauh ini deklarasi pencapresan Anies memang belum memberikan dampak pada kenaikan elektabilitas Nasdem secara signifikan. ”Kita perlu lihat secara detail bagaimana perkembangan suara dari masing-masing partai untuk bisa menyimpulkan secara lebih baik,” lanjutnya.
Ia mengakui bahwa elektabilitas Nasdem memang sempat melampaui 5 persen ketika mendeklarasikan Anies sebagai capres yang diusungnya. Namun, tren positif itu tak berlangsung lama.
Belakangan, justru elektabilitas Nasdem terus terkuras ketika Nasdem aktif mempromosikan Anies ke daerah-daerah. ”Tepat hari ketika dideklarasikan kita turun survei seminggu setelahnya. Kita peroleh angka 5,4 persen,” ingatnya.
Deni menyebut, elektabilitas partai saat ini masih dinamis. Belajar dari Pemilu 2019, elektabilitas Nasdem di surveinya juga kerap berada di bawah 4 persen.