Bunga kim hong atau dikenal dengan sebutan pacar air sering dijumpai digunakan masyarakat saat momentum hari besar keagamaan. Bunga yang memiliki aneka warna itu digunakan sebagai bahan salah satu bunga tabur saat nyekar ke makam sanak saudara atau kerabat. SELAIN sebagai bunga tabur, tanaman yang memiliki nama alamiah Impatiens balsamina L itu memiliki segudang manfaat sebagai tanaman obat dari mulai biji, bunga hingga daun. Budi daya pacar air rupanya tidak hanya dilakukan pada saat momentum hari-hari besar tersebut saja. Seperti dilakukan Suswandi, petani pacar air di Kelurahan Genteng, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Unang, sapaan karibnya, tetap membudidayakannya di kebun seluas 800 meter persegi. Dalam budi daya pacar air, ia tanam beda usia agar stok tetap terjaga terus berkesinambungan. ”Sengaja ada yang ditanam benih umur satu bulan dari pembibitan, ada yang umurnya dua bulan, biar ada terus tidak habis,” katanya. Sebelum penanaman, sambungnya, dilakukan pengolahan tanah terlebih dulu. Tanah yang sudah digemburkan diberikan campuran sekam, pupuk kandang, dan didiamkan sekitar satu minggu. Benih baru boleh ditabur setelah pengolahan tanah maksimal satu minggu. Saat awal ia memang membeli, tetapi sekarang sudah mandiri atau punya benih. Untuk perawatan tanaman ini, jelas Unang, tidak terlalu sukar. Pembersih rumput liar di sekitar tanaman utama bisa dilakukan rutin setiap seminggu sekali. Sedangkan penyiraman bisa dilakukan satu kali setiap sore. Asalkan penyiraman menyesuaikan dengan kondisi cuaca di Kota Bogor. ”Kalau musim kemarau hampir setiap sore. Tapi kalau musim hujan seperti sekarang tidak perlu disiram, cukup dengan air hujan saja,” ujarnya. Menurutnya, tanaman berbatang basah dan daun memanjang bergerigi di pinggirnya ini disukai ulat daun, ulat pohon dan belalang ketika tanaman masih kecil. Untuk mengendalikan gangguan hama tersebut, ia biasanya menyemprotkan pembasmi hama. Pada masa tanam kali ini, ia menanam pacar air beberapa macam warna. Di antaranya bunga merah, putih, ungu, dan oranye serta ping. Tanaman sendiri mulai dapat dipanen saat umur dua bulan sejak penanaman dengan produktivitas bunga berbeda-beda pada setiap tanaman. Dari perjalanan usaha selama ini, panen perdana bisa menghasilkan sebanyak 25 sampai 40 ember penuh bunga. Per ember setara dengan 1,2 kilogram bunga. ”Di kebun seluas 400 meter persegi panen perdana kemarin itu bisa mencapai 25 sampai 40 ember. Nah, setelah itu selanjutnya bisa dipanen kembali sepuluh ember per harinya. Satu ember dijual di sini Rp15.000. Kebanyakan yang beli dijual untuk bunga tabur di makam,” jelasnya. Dari usahanya itu, Unang mengaku bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarganya terlebih di masa pandemi Covid-19 ini. Ia juga mengaku akan kebanjiran pesanan pada saat momentum hari besar keagamaan. ”Ramainya saat Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Imlek, dan hari besar lainnya,” tutupnya. (ryn/run)